Senin, 17 Desember 2012

Beauty & The Beasts Chapter 1

 
Chapter 1
BIRTH OF BEAUTY


Sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh sinar lilin menjadi tempat bagi seorang wanita untuk menyantap makan malamnya. Dengan hanya berbalut jubah kain merah muda dari ujung rambut hingga kaki kecuali bagian mulutnya, ia menyantap hidangan sederhana berupa nasi putih, sepotong daging, dan segelas air putih yang terletak di atas sebuah meja kayu reyot.


Tidak lama lagi…


Ia tersenyum.


Waktunya akan tiba…


Wanita bertubuh tinggi langsing tersebut berhenti makan saat mendengar bunyi pintu diketuk dari luar.
 
“Pierre sudah mulai bergerak,” ucap suara berat si pengetuk pintu.

Wanita tersebut hanya diam tanpa terlihat adanya niat untuk membuka pintu maupun kembali makan. Ia hanya tersenyum. Bibirnya yang berwarna merah darah tampak selaras dengan warna merah muda dari kain yang melilit tubuhnya.

Red Rose telah mekar dengan sempurna,” si pengetuk melanjutkan berucap tanpa mengetuk pintu.

Hening sejenak.

Sang wanita berbalut kain berdiri dan membuka pintu secara perlahan. Tidak ada kata-kata yang ia ucapkan, selain tersenyum kepada si pengetuk pintu yang hanya berdiri diam saat pintu dibuka sedikit.


Kebangkitanku…”


Sang wanita melebarkan senyunnya.


***


Foolish Bast*rd!!!”
 
Sebuah pulpen dilempar hingga mengenai kepala seorang wanita yang sedang memeriksa keadaan stok barang di gudang perusahaan.
 
SH*T! What the hell are you doing just now to me HAH!?” teriak si wanita.
 
HEH!? You little punny retarded rascal!!” teriak si pelempar pulpen sambil berjalan cepat ke arah si wanita. “Elo tau ga sih kalau kelemotan elo tuh bikin customer kita komplain!? Barang yang mereka minta ga sesuai sama spek yang mereka mau. Gara-gara elo beli barang dari vendor yang salah, B*TCH!”
 
So what gitu lho!? Hellowww. Gw tuh cuman staf yang ngikutin perintah atasan gw tauk!! Kalo ada salah beli, berarti itu salah atasan gw lah. Gw kan cuman eksekutor pembelian doank. Ngapain lo ngamuk ke gw-… AHA!! I know,” teriak si wanita sambil bejalan mengitari si pelempar pulpen yang mukanya merah padam akibat emosi.
 
 “You, the creepiest OLD HAG I ever know…,” si wanita berhenti sambil melayangkan jari tengahnya tepat di depan muka si pelempar pulpen, “… mana mungkin kan seorang Jessica Whey ngasih liat kepribadiannya yang jelek adat ini di hadapan Mr. Deni yang elo puja-puji bagai pangeran dari negeri khayangan itu? Dasar penjilat!! Ga cukup bos sendiri dijilat, bos gw juga ikut-ikutan elo jilat!!”
 
What!? F*c-…”
 
ENOUGH you two!!” teriak seorang pria tinggi berkumis dengan kemeja ungu sedikit kucel. Kedua wanita tersebut tampak terkesiap dan langsung terdiam di tempat.
 
“Sekali lagi saya menemukan kalian berdua bertengkar seperti tadi, SP (Surat Peringatan) tingkat pertama akan kutaruh di meja kalian. Sekarang, BUBAR!”
 
Yes Mr. Bram!” teriak kedua wanita tersebut bersamaan.
 
Meskipun pertengkaran mereka baru dihentikan oleh pria berkumis tersebut, si wanita yang dilempari pulpen tampak masih menunjukkan amarahnya kepada Jessica dengan menginjak kakinya secepat kilat begitu Mr Bram berbalik pergi.
 
“Aghh!! You B*t-…” suara teriakan Jessica terhenti oleh suara bel tanda istirahat yang berbunyi dengan nyaring sekali.
 
Saved by the bell, I guess?” ucap si wanita dengan nada mengejek sambil cepat-cepat pergi ke arah pintu keluar gudang.
 
“Grrr… Kita liat saja nanti, Ina Collins. Akan gw buat hidup lu menderita di sini…,” gumam Jessica, layaknya tokoh-tokoh antagonis di sinetron lokal.
 

***


Starbucky, kafe yang menyediakan makanan ringan maupun berat, menjadi tempat hangout Ina dan kedua teman kantornya saat jam istirahat.
 
“Ihhh! Gila banget ya si Sikat Kelek! Marah-marah ga jelas gitu ke elo, Na?” tanya Ami sambil menyantap bolognaise yang telah habis separuh.
 
“Ho oh. Stres kali dia bonusnya bakal dipotong gara-gara komplain dari customer. Susah ya jadi orang departemen Sales. Hihihi,” tawa Ina dengan pelan sambil menyeruput jus jeruknya.
 
“Gw heran deh Na. Si Sikat Kelek tuh kayanya ‘M’ tiap hari kali ya sampai jelek banget adatnya. Kalau ke yang lebih atas aja baru baiknya setengah mati. Aneh banget bisa ada orang kayak dia di bumi ini,” komentar Devi sambil menyantap nasi goring kambingnya dengan lahap.
 
“Hah ga tau lah gals. Emang udah nasib gw juga sih, terdampar di Jakarta dan kerja di perusahaan elektronik malah ketemu sama Nenek Kelek Bau,” desah Ina sambil menghabiskan jus jeruknya.
 
Ina Collins, seorang karyawan kantor yang mencoba peruntungannya dengan bekerja di Jakarta setelah lulus dengan gemilang di salah satu universitas terkenal di Beijing, menghabiskan hari-harinya dengan mengurusi aktivitas pembelian di perusahaan tempatnya bekerja. Meski masih single karena belum menemukan seorang pria yang tepat untuk menjadi belahan jiwanya, Ina menjalani kesehariannya dengan santai seolah tanpa beban. Slogan hidupnya yang terkenal di kalangan teman-temannya adalah ‘So what gitu lho’.
 
“Betewe, belakangan perampokan lagi marak ya?” Ami menggagas topik pembicaraan yang baru sambil memelintir rambut panjangnya.
 
“Oh iya, kemarin katanya ATM Bank BCX di Jalan Sudirman dirampok. Terus, dua hari yang lalu, toko emas Nyonya Liam di Tanah Abang juga dirampok malam-malam,” sambung Devi. “Dan uniknya, konon perampoknya bukan orang lho.”
 
“Hah? Maksud elo bukan orang?” tanya Ina dengan penasaran. Ia tidak sempat melihat berita beberapa hari ini karena kesibukannya di pekerjaan.
 
“Tepatnya mungkin bukan manusia biasa. Kata saksi yang sempet ngeliat sih, perampoknya kaya babi yang badannya lebih tinggi dari orang normal dan jalan pake dua kaki-… Ehhh!” Devi berhenti berbicara dan berteriak kecil dengan mata melotot.
 
“Apaan Dev?” tanya Ina dan Ami bersamaan, sambil melihat ke arah mata Devi. Mendadak muka Ina menjadi kemerahan ketika melihat apa yang sepertinya dilihat Devi.
 
Seorang cowok blasteran yang mengenakan kemeja putih formal, berkacamata, tinggi, dan berwajah tampan melangkah masuk ke dalam kafe dan duduk tidak begitu jauh dari tempat Ina duduk. Sepertinya ia hanya datang sendirian karena ia hanya memesan makanan untuk porsi satu orang.
 
“Na! Na! Itu si Prince Charming elo Na!” teriak Ami pelan sambil menggoyang-goyangkan lengan Ina.
 
“Wow Na! Buset deh! Gw akuin kalau cowo gw aja kalah gantengnnya dari si Prince!” kagum Devi dengan mata berbinar. “Ayo Na, cepet datangin! Kesempatan mumpung dia cuman sendiri Na!”
 
Tak ada reaksi dari Ina. Ia hanya duduk terdiam sambil terus melihat ke arah Prince Charming.
 
“Na? Woy Na?” Ami menggoyang lengan Ina dengan lebih kuat.
 
Saat ini sepertinya roh Ina sedang ‘berada’ di negeri Fairy Tale Cinderella, di mana ia menjadi putri Inarella yang berdansa dengan Prince Charming di ballroom istana. Seluruh orang yang hadir tampak menyaksikan dengan kagum kelihaian pasangan tersebut berdansa di tengah ruangan megah dengan lampu-lampu kristal dan alunan musik romantis. Ibu tirinya, Jessica, tampak menahan marah sejadi-jadinya melihat anak tirinya tersebut dapat berdansa dengan sang pangeran.
 
“Hoy Na jangan ngelamun!!” Devi mengguncang badan Ina hingga ia hampir terjatuh. Usahanya berhasil mengembalikan roh Ina dari negeri Fairy Tale, tanpa ia sempat meninggalkan sepatu kacanya untuk ditemukan sang pangeran sayangnya.
 
“Duh duh duh! Gimana ini, gimana ini?!” Ina berteriak kecil, sedangkan kedua temannya hanya tersenyum. Selama ini Ina memang sering melihat Prince Charming ketika jam makan siang atau bahkan saat pulang, namun mereka tidak pernah saling berpapasan. Namanya saja juga masih belum Ina ketahui.
 
“Ah ummm… Udah mau beres jam makan siang nihh.. Cepet balik yuk ke kantor sebelum di atas meja kita ditaro SP gara-gara dianggap korupsi jam makan siang,” ajak Ina sambil cepat-cepat berdiri dan pergi meninggalkan kafe. Ina memang sering malu-malu ketika melihat Prince.
 
“Lho lho jangan langsung pergi donk Na!” teriak Ami sambil terburu-buru mengejar Ina keluar dari kafe.
 
“Ehhh jangan ninggalin-…!” teriakan Devi terhenti saat ia dihentikan oleh seorang waiter kafe berbadan agak pendek dan berambut coklat muda.
 
“Mba Devi, bayar dulu donk baru pergi,” ucap si waiter dengan wajah tersenyum sambil membawa bill makanan yang dipesan Ina cs.
 
“Aghhh, awas ya. Mereka berdua bakal gw paksa traktir di Hanamasasih minimal dua ratus ribu,” jengkel Devi sambil mengeluarkan uang pecahan seratus ribu dari dompetnya. “Nih Van, kembaliannya buat lo aja,” ucap Devi sambil menyerahkan uang tersebut kepada si waiter dan terburu-buru pergi keluar dari kafe.
 
“Sama-sama Mba Devi. Salam juga untuk Mba Ina dan Mba Ami,” ucap si waiter sambil tersenyum. Matanya tampak berbinar melihat uang seratus ribu tersebut.
 
Terlepas dari suasana heboh yang ditimbulkan Ina cs, sesosok makhluk berjubah hitam yang berdiri di atas atap Starbucky tampak diam tenang sedang mengamati keadaan tersebut.


***


Di sudut gelap kota Jakarta, seorang pria berbadan besar dengan pakaian kucel dan sobek di berbagai sisi baju dan celananya tampak menumpu dirinya dengan tangan kanannya di tembok salah satu rumah kumuh.
 
“Hah… Hah… Aku… Apa yang ku…,” pria bersuara berat tersebut bermonolog sambil melihat bungkusan besar plastik hitam di tangan kirinya. Sebuah gelang emas tampak menyembul dari dalam plastik tersebut.
 
“Bukankah itu masih dari jauh dari cukup, Monsieur (tuan)?”
 
Si pria terhenyak mendengar suara tersebut.
 
Seorang pria lain yang mengenakan pakaian pesta, jubah berwarna merah muda - yang tidak cocok dengan pakaiannya yang serba putih hitam - serta topeng yang menutupi separuh atas wajahnya dan membawa sebuah tongkat hitam panjang mendadak muncul di dekat si pria tadi.
 
“Ah… Kau… Yang waktu itu…,” si pria tidak tampak terkejut, “Aku… Merasa… Ini tidak benar…”
 
Oui (Yes)! Ya ini masih kurang benar. Benar-benar jauh dari cukup,” jawab si pria lain dengan suara yang agak flamboyan dan logat bahasa Prancis yang terdengar kurang enak.
 
“Tapi, aku hanya meminta agar keluargaku bisa hidup sehari-hari dengan berkecukupan. Kalau sampai mencuri uang dan emas sebanyak ini, apa yang akan mereka bilang-…”
 
Non (no)! Non!” si pria flamboyan menginterupsi sambil menggoyangkan jari telunjuknya di hadapan si pria besar. “Je (saya) di sini sudah berjanji untuk membantumu mengabulkan permintaanmu, dan kau berjanji akan melakukan apapun setelahnya, Monsieur.”
 
“Tapi kau mengubahku menjadi-…”
 
Non! Yang Je lakukan hanya mengeluarkan potensi terpendam dari dalam diri Monsieur,” balas si pria flamboyan sambil membetulkan letak topengnya, “Namun Je sepertinya belum berhasil mengeluarkan seluruh potensi terpendam Monsieur.”
 
“Tunggu… Jangan-… AGHHHH!!!”
 
Si pria flamboyan ‘menusuk’ dada si pria kelelahan tersebut dengan tongkatnya. Tidak ada darah ataupun luka yang timbul meski si pria tersebut berteriak keras, namun sosoknya mendadak berubah menjadi sesuatu yang berbeda dengan rupa manusia.
 
Au Revoir, Monsieur (Good bye, Sir)! Berterimakasihlah pada Je karena keluargamu tidak akan hidup miskin lagi,” ucap si pria flamboyan sambil menghilang ke dalam kegelapan.

 
***

 
Setelah jam kerja berakhir, Ina memutuskan untuk bersantai sendirian di Starbucky.
 
“Duh tumben penuh banget ni kafe. Untung gw berhasil dapat tempat di pojok,” gumam Ina pada dirinya sendiri sambil melihat-lihat sekeliling kafe dan menaruh tas tangan hitamnya - merk Gucci asli - di atas meja.
 
Sambil menunggu makanan yang dipesannya datang, ia kembali mengingat-ingat lagi akan kejadian tadi siang saat melihat Prince Charming. Dalam lamunannya, ia kembali ‘berpetualang’ ke negeri Fairy Tale Cinderella. Inarella - dengan bajunya yang jelek kumal karena ibu tirinya tidak mau dirinya tampil cantik - tampak berjalan-jalan menyusuri kota, menuju ke arah istana. Inarella melihat-lihat dari dekat, berharap agar Prince keluar dari dalam istana.
 
“Ahh.. tidak mungkin Prince Charming akan pergi keluar dari istana dan pergi mencari diriku yang tidak sempat meninggalkan sepatu kaca di pesta dansa kemarin malam,” Inarella bermonolog dengan suram sambil bertekuk lutut di tanah.
 
Namun, mendadak pintu gerbang istana dibuka. Prince Charming berjalan keluar, diiringi oleh seorang prajurit dengan muka yang sama dengan Ivan, sang waiter kafe Starbucky yang juga teman Ina cs.
 
“Ah!” Inarella terkejut saat melihat Prince Charming keluar dan menghampirinya.
 
May I sit here, Miss?”
 
Ah… Sure,” jawab Inarella atas pertanyaan Prince.
 
Bagaikan sihir yang dilakukan ibu peri, mendadak lingkungan di depan gerbang istana tersebut berubah menjadi suasana di dalam kafe Starbucky. Inarella telah mengenakan pakaian formalnya kembali sebagai seorang karyawati perusahaan elektonik bernama Ina Collins.
 
Hari ini akan menjadi hari yang tak akan pernah dilupakan oleh Ina. Sudah lama pria yang biasanya duduk sendiri di kafe Starbucky itu dikagumi olehnya. Ivan sang waiter bergegas pergi dari meja Ina dan Prince setelah ia mencatat pesanan dari Prince.
 
"Ah... Anu.. Anu.."
 
"Kau tahu dari mana aku dipanggil si Anu oleh teman-teman kantorku?" tanya Prince yang ternyata bisa berbahasa Indonesia sambil tersenyum kecil padanya .
 
"Ah iya itu.. AH!! Bukan maksudnya anu itu...,” sanggah Ina dengan mata yang tidak fokus pada Prince. Tampaknya ia sangat gugup – atau tidak percaya karena Prince dipanggil Anu di kantornya? - karena mendadak semeja bersama orang yang sangat ia kagumi tersebut.
 
“Oh, my apologize first. Kafe ini penuh sekali, dan karena aku lapar sekali, akhirnya waiter tadi menawarkan padaku agar duduk semeja dengan orang yang hanya makan sendiri.”
 
Damn si Ivan. Dia pasti tauk kalau gw diem-diem selalu merhatiin Prince. Duh. Gugup banget nih gw. Tapi ya udahlah. Ini kesempatan buat gw kenalan ma dia. Come on Ina. Be brave. Ina menjerit dalam hatinya.
 
“Ah, dari tadi sepertinya mulutmu menggumam sesuatu. Apa ada yang mau kau katakan? Maaf kalau kau jadi merasa terganggu.”
 
“Ah bukan. Bukan itu! Gapapa kok. Anu. Aku... Namaku I-..."

 
DUARRR!!

 
Pintu depan kafe mendadak dibom, namun bagian dalam kafe tidak sampai terlalu rusak. Semua pengunjung dan pekerja kafe tampak terkejut.
 
"BWAHAHAHA!! Menyerahlah wahai manusia-manusia bumi! Serahkan semua benda berharga yang kalian miliki dan tinggalkan tempat ini sambil berlari dengan satu kaki!"
 
Seseorang - mungkin lebih tepatnya seekor - babi besar yang menggunakan pakaian seperti tentara, membawa ransel hijau besar, dan berdiri dengan dua kaki seperti manusia menghancurkan momen indah Ina Collins ketika memulai perkenalan dengan pria tersebut. Di saat orang-orang melakukan perintah babi tersebut dengan panik sambil menjatuhkan barang berharga yang mereka miliki, ia malah berdiri dan berjalan dengan gagah menghampiri si babi tentara.
 
"BWAHAHA!! Berani sekali nona! Serahkan semua perhiasanmu dan-... AGH!"
 
Ina Collins 'menyerahkan' bogem mentah pada sang babi.
 
Damn you-… Ughh!” teriak Ina sedikit kesakitan saat disentil jari tangan si babi.
 
"Beraninya kau melawan kami, The Beasts! Jangan harap kau bisa lolos hidup-hidup dari sini!" teriak si babi sambil menodongkan machine gun yang ia munculkan dari udara kosong di depan Ina.
 
Ina yang mendadak sadar bahwa perbuatan yang ia lakukan tadi termasuk nekat mendadak diam tak bergerak. Tidak ada yang berani menolong. Prince yang baru saja hampir ia ajak berkenalan hanya duduk tak bergeming sedikitpun.
 
Saat si babi bersiap-siap untuk menembak, sebuah sinar yang sangat terang muncul dari dalam tas yang selalu dibawa Ina. Sinarnya membutakan mata si babi untuk sejenak. Sesuatu seperti bola kuning yang menjadi sumber dari cahaya tersebut melayang keluar dari tas Ina.

 
Berjuanglah... Taklukkanlah...

 
Sebuah suara yang lembut mendadak berbicara di dalam kepala Ina, seolah-olah bola kuning tersebut berbicara dengannya melalui telepati.

 
Bangkitlah kembali... Wahai Beauty... Sang penjaga kedamaian dan ketentraman di bumi.

 
“Auh… Gw ga ngerti… Beauty apaan?” ucap Ina spontan.

 
Tidak ada waktu untuk menjelaskan… Pejamkan mata dan ulurkan tanganmu pada cahayaku…

 
Meskipun tidak mengerti, suara hati Ina mengatakan untuk menuruti perkataan bola kuning tersebut. Saat ia mengulurkan tangannya, mendadak sinar yang dipancarkan oleh bola kuning tersebut menjadi sangat kuat dan terang benderang hingga hampir membuat semua yang ada di dalam kafe - yang sepertinya tinggal tersisa Ina, si babi, dan Prince - menjadi buta sesaat.
 
Saat sinar tersebut mulai meredup, tampak di tangan Ina sebuah lipstik merah muda.
 
“Hah? Gw harus dandan pake lipstik ini maksudnya biar jadi cantik beautiful gitu?” tanya Ina dengan spontan saat melihat lipstik tersebut yang ukurannya sedikit lebih panjang dari lipstik biasa dengan empat tombol kecil pada bagian pegangannya.

 
Tidak… Itu adalah senjatamu… Simbol dari dirimu, sang Beauty Princess… untuk menumpas para Beast, Miracle Lipstick

 
“Eh!? Aku Princess!?” teriak Ina spontan - yang sepertinya hanya menyimak bagian Princess - saat si bola kuning menjelaskan mengenai ‘senjata’ di tangannya.

 
Ya, Princess… Arahkan lipstik tersebut pada Beast di sana dan tekan tombol yang berwarna merah…

 
Tiba-tiba sang babi sudah hampir menembak dengan machine gun di tangannya.
 
“GRORRR!! Aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi tidak akan kubiarkan diriku, Ngepet Piggy, dikalahkan oleh seorang nona-…”
 
“Ini ya yang merah?” Ina menekan tombol merah di pegangan lipstik tersebut tanpa memedulikan si babi ngepet. Dalam sekejap, sebuah sinar laser merah muda keluar dari ujung lipstik dan melesat hingga melukai lengan si babi sampai machine gun di tangannya terlempar jauh.
 
“UOGGGHHHH!!” teriak si babi ngepet kesakitan.
 
Oh I see, rasakan ini babi ngepet jahanammm!!” teriak Ina sambil menembakkan laser terus menerus kepada si babi dengan membabi-buta hingga jatuh tak berdaya. “Hmphh, rasakan kekuatan Princess Ina. Jangan coba-coba ganggu kencanku dengan Prince Charming,” ucap Ina sambil berpose sok keren.

 
Wahai Beauty Princess… Ini belum selesai… Lakukan Beauty Lock pada Beast tersebut…

 
“Eh? Apaan Beauty Lock?” tanya Ina spontan.

 
Perhatikan lingkaran cahaya merah muda yang muncul di atas Beast yang tergeletak pingsan tersebut…

 
Sebuah lingkaran dengan motif lambing hati dan bunga mawar yang tersebar di lingkaran tersebut mendadak muncul di atas si babi ngepet yang telah tidak berdaya. Di bagian ujung atas, bawah, kiri, dan kanan tampak cahaya berbentuk persegi berwarna hijau, sedangkan di pusat lingkaran tersebut cahaya putih dengan motif seperti mahkota kerajaan.

 
Tembakkan serangan dari Miracle Lipstick pada masing-masing persegi hijau yang terletak di empat sisi lingkaran merah muda…

 
Ina menurut dan menembakkan serangan laser merah muda dari lipstiknya tersebut kepada empat persegi hijau yang terletak di setiap sisi lingkaran tersebut, meski sempat meleset berkali-kali dan malah menghancurkan properti kafe. Setelah itu, cahaya putih bermotif mahkota kerajaan yang berada di pusat lingkaran tiba-tiba memunculkan lingkaran hitam pekat kecil di tengah mahkota.

 
Terakhir… Tembak lingkaran hitam tersebut dan proses Beauty Lock akan selesai…

 
Ina mencoba menembak beberapa kali. Meskipun sempat meleset, akhirnya tembakan Ina berhasil mengenai lingkaran hitam tersebut. Seluruh motif cahaya di atas si babi ngepet tiba-tiba menggumpal menjadi sebuah bola cahaya putih dan masuk ke dalam tubuh si babi ngepet.
 
“Huh!? Wat de pak is hepening?” tanya Ina pada si bola kuning dengan bahasa Inggris yang sengaja diucapkan tak beraturan saat melihat si babi berubah menjadi… manusia.
 
Seorang pria berbadan besar dengan pakaian kucel dan sobek tergeletak di lantai. Ransel yang tadinya dikenakan olehnya saat masih bersosok babi ngepet tiba-tiba berubah wujud menjadi bungkusan plastik hitam berisi uang pecahan seratus ribu dan perhiasan dalam jumlah yang banyak.
 
Sekelompok polisi mendadak masuk dan meringkus pria yang masih tidak sadarkan diri tersebut, sedangkan si bola kuning yang tadi memberikan senjata Miracle Lipstick pada Ina telah melayang masuk kembali ke dalam tas tangan bermerk Gucci milik Ina.
 
“Permisi nona, apa kau terluka?” tanya salah seorang polisi yang menghampiri Ina.
 
“Umm, tidak,” jawab Ina ringan. Para polisi tersebut tentunya tidak mengetahui bahwa Ina-lah yang melumpuhkan si pria besar - yang sebelumnya berupa monster babi ngepet - tersebut.
 
“Pria ini merupakan perampok ATM dan toko emas kemarin. Kali ini sepertinya dia berniat merampok penduduk biasa dengan melakukan aksi pengeboman. Dari mana ya pria tersebut mendapatkan senjatanya?” jelas polisi tersebut sambil berpikir kebingungan. Ina hanya mengangkat bahunya sambil tersenyum kecut dan membiarkan polisi tersebut berlalu pergi membantu rekan-rekannya mengangkut pria besar tersebut ke mobil polisi.
 
Are you hurt, Miss Hero?”
 
Ina hampir melompat kaget karena Prince mendadak menghampirinya.
 
“Ahhh! No No. I’m not really hurt anywhere. Hahaha,” jawab Ina dengan gugup.
 
You’re so damn cool Miss Hero!” ucap Prince dengan mata berbinar-binar seperti anak kecil hingga membuat Ina kembali terkejut, sekaligus tersipu malu. “Sejak dulu, aku selalu senang dengan film superhero. Aku tidak menyangka bahwa di dunia ini sungguh-sungguh ada superhero seperti di film kartun Sailor Moon.”
 
Ina tersenyum sambil semakin tersipu malu mendengar hal tersebut - yang dianggapnya cukup unik - dari Prince. Mungkinkah kejadian ini akan membuat dirinya dan Prince menjadi semakin dekat?
 
I promise to not bring out your true identity as a hero to anyone. My name is Daniel. Daniel Vico Saverio. My dad is Italian and my mom is Indonesian. What’s yours?” tanya Daniel dengan mata berkaca-kaca.

Jantung Ina serasa akan meledak.
 
“Ah.. Ina… Ina Collins…,” jawab Ina sambil tertunduk dengan muka merah.
 
Thanks for saving my life, Miss Ina Collins. From now on, let me be your hero assistant. May I?” mohon Daniel dengan muka serius. Wajahnya yang serius tersebut semakin mempertegas garis-garis maskulin dari mukanya, membuat dirinya semakin terlihat tampan di mata Ina.
 
AhSure…,” jawab Ina yang sudah hampir ‘meleleh’. Ia mendadak ‘kembali’ ke negeri Fairy Tale Cinderella. Tampaknya, Prince Charming Daniel mengungkapkan isi hatinya yang paling dalam di hadapan Princess Inarella, bahwa ia akan menjadi pendamping Princess seumur hidupnya. Ibu tiri Jessica hanya bisa diam melihat dari kejauhan sambil emosi menginjak-injak boneka babi tentara yang tergeletak di lantai.
 
Sungguh cerita dongeng yang berakhir bahagia.

 
***

 
Sepucuk kelopak bunga mawar merah raksasa, yang tergantung di dinding sebuah istana megah namun memiliki penerangan yang kurang cukup, gugur jatuh ke lantai dan menghilang. Beberapa orang tampak mengelilingi bunga mawar merah raksasa tersebut, dengan seorang wanita berbalut jubah kain merah muda berdiri di tengahnya.

 
Ah… Ia telah bangkit…

 
Seluruh orang yang berdiri di sekeliling sang wanita mendadak berlutut menghadap ke arah wanita tersebut.

 
Beauty Princess…

 
Wanita tersebut tersenyum lebar, memperlihatkan bibirnya yang semerah darah.

 
- End of Chapter 1 -

--- oOo ---


This is only the beginning...


"Hah gw beneran jadi kayak superhero gitu? Hihihi!" teriak Ina kegirangan sambil membayangkan dirinya menjadi 'Sailor Ina' menyelamatkan 'Tuxedo Bertopeng Prince Daniel'.


She may has many enemies that she don't know yet...


"Oh well miss creepy hag, your bulu ketek is so cuteee that I find it really dis-gus-ting!" seru Ina pada Jessica saat bajunya tersobek di bagian ketiak.


One that may be really near to her...


"Anakku... Anakku... Aku ingin anakku kembali...," rintih wanita berambut panjang tersebut pada sang pria flamboyan.


And yet... danger is awake... again...


Au Revoir, Madame!"


- Coming Soon -

 
Chapter 2
MOTHER BEAUTY

Only at The World of Alexander Blue

1 komentar:

  1. Hey Alexander,

    Nice story! I love it! Ini novel elu banget! Keep up the great work, i'm proud of you man! Gak sabar gw pengen cepet" keluar chapter 2nya! Cepetan dong bikinnya...
    Gw pengen bgt cerita ini diangkat jadi film, film superhero made in Indonesia. Amen.
    Cuman ada 1 hal, saran gw sih meningan coba pake alur mundur atau alur campuran, biar pengemasan ceritanya gak biasa gitu. Mungkin lu bisa jadiin pertimbangan.

    So,sekali lagi, good job and keep doing this, ok?
    GBU
    Collins

    BalasHapus