Chapter sebelumnya dapat dilihat di sini.
readmore »»
Chapter
2
MOTHER
BEAUTY
Beberapa
hari ini, kantor pusat dari PT HUWAWA tempat Ina Collins bekerja cukup hiruk pikuk karena banyaknya permintaan
pembelian barang. Ina yang bekerja di bagian pembelian tampak cukup kewalahan.
“Pak Adi, Purchase Requisition yang tadi dikasih ke saya gak valid karena ada kesalahan dalam nilai
barangnya. Kalau bisa, tolong segera
diperbaiki agar bisa saya proses secepatnya,” ujar Ina sambil menyerahkan
dokumen tersebut kepada kepala bagian operasional.
Ina segera berlari ke departemen
lain untuk mengembalikan dokumen-dokumen lain yang juga tidak valid.
“Duh sibuk amat sih gw beberapa
hari ini,” gumam Ina sambil menyempatkan
diri kembali ke mejanya untuk mengambil minum segelas air putih dingin. ”Ah
coba aja si Prince kerja di sini,
lumayan buat gw cuci mata. Hihi-… SH*T!!”
Gelas yang dipegang Ina terjatuh ke
meja dan membasahi beberapa dokumen yang harus dikembalikannya ke departemen
lain. Jessica barusan melewati Ina -
sambil sengaja menyenggolnya dengan berpura-pura mau merapikan blazer hijau
yang dikenakannya - dan ‘berbaik hati’
mengangkat kertas-kertas yang telah basah tersebut.
“Aduhh! Kacian basah ya? Makanya
pegang tuh yang kenceng- Ups!?”
ujar Jessica Whey yang secara ‘tidak sengaja’ merobek sedikit beberapa lembar kertas
dokumen basah karena terlalu kencang memegangnya.
“F*CK! You, m*ron! Itu
dokumen Purchase Requisition yang mau
gw balikin ke divisi lain gara-gara gak valid
tauk!? Lu ngapain sih bikin rusak aja!?” geram Ina dengan suara yang sepelan
mungkin agar tidak sampai terdengar orang-orang seisi kantor.
“Ihh gw kan tadi niatnya baik mau
bantuin lu ngerapihin doank. Jangan marah-marah donk,” ucap Jessica dengan nada
sedikit mengejek. “Eh, suara lu pelan amat? Lagi sakit tenggorokan ya? Gw ga
kedengaran. Coba lebih kenceng-…”
“Non, permisi. Biar bibi bersihin
dulu.”
Mendadak, seorang office girl paruh baya muncul untuk
membersihkan tumpahan air sehingga Jessica - yang sudah hampir dijambak
rambutnya oleh Ina - langsung melesat pergi kembali ke meja kerjanya.
“I… Iya. Makasih ya Bi Nuri. Tolong
sekalian yang di bawah mejanya juga dipel ya bi, soalnya airnya tumpah sampe ke
bawah juga. Saya mau ke toilet dulu,” ucap Ina sambil terburu-buru ke toilet
meninggalkan Bi Nuri dengan menahan emosi.
“Iya non,” jawab Bi Nuri sambil
melanjutkan mengepel lantai.
Di sebelah Ina terdapat meja tempat
kerja Mrs. Ling, supervisor Ina yang
tidak masuk hari ini karena sedang sakit. Bi Nuri tampak memperhatikan
foto-foto kedua anak Mrs.
Ling yang dipajang di meja tersebut sambil membersihkan meja Ina. Foto-foto tersebut
memperlihatkan dua orang anak kecil berwajah oriental - yang satunya laki-laki
dan satunya lagi perempuan - sedang bermain di suatu taman hijau dan berpose
tertawa bersama Miss Ling dan suaminya.
“… Hanung,” gumam kecil Bi Nuri
sambil terdiam sejenak dengan pandangan kosong, ”… Anakku… Andai saja kamu…”
***
“Are you kidding!?”
Ami setengah berteriak ketika
mendengar langsung dari mulut Ina bahwa ia dan Prince akhirnya resmi berkenalan secara kebetulan di tempat mereka
makan siang saat ini, kafe Starbucky,
kemarin sore.
Suasana kafe Starbucky
“Oh, come on gals. I’m serious. Dan lu tau gak apa namanya si Prince?” tanya Ina sambil mengacungkan
garpu yang ia gunakan untuk memakan spaghetti
ke arah Ami dan Devi bergantian. “Daniel-Vico-Saverio. Cool banget, kannn?”
“Wahhhh kerenn!” teriak kedua teman
Ina tersebut bersamaan.
Mendadak, Ina ‘melakukan
teleportasi’ kembali ke dunia Fairy Tale.
Kali ini - meski sebenarnya bukan merupakan dongeng klasik - ia menjadi Hermina Granger yang akan masuk ke kelas
pelajaran “Beauty Magic”, salah satu
kelas sihir di HOGWAWA, sekolah sihir. Dalam perjalanannya ke kelas sambil mengobrol
dengan kedua teman ceweknya, Gidevi
Weasley dan Lunami Lovegood, ia
secara tidak sengaja menubruk Daniel
Potter, murid paling terkenal - dan juga tampan - di sekolah.
“Oh, I’m sorry Miss Hermina. Are you hurt?” tanya Daniel dengan
lembut pada Hermina.
“Oh, oh. No no, I’m fine... I Guess. Hehe,” jawab Ina spontan dan
sedikit gugup sambil memandang lekat mata Daniel.
“Good. Let’s go inside before Professor
Jessica come and curse us just because we
are a bit late,” ajak Daniel sambil tersenyum ramah pada Hermina dan kedua
temannya dan segera pergi menuju ke kelas.
“Ohhhhh!! Herminaaaa!!” Lunami
setengah berteriak kepada Hermina.
“How can you possibly know each other with the MOST-charming-Prince in
our school??” Gidevi menggoyang-goyang tubuh Hermina dengan memegang
pundaknya.
Akibat diguncang keras oleh Gidevi
- oleh Devi tepatnya di dunia nyata - Hermina
Granger kembali menjadi Ina Collins dan baru menyadari bahwa ia melamun
terlalu lama.
“Err… Itu… Ingat peristiwa perampokan
yang terjadi di sini kemarin?” tanya Ina spontan sambil mengambil nafas sejenak
dan dibalas dengan anggukan spontan oleh kedua temannya, “Ya… Kemarin gw gak sengaja aja kenalan
gitu pas menjelang momen-momen penangkapan si perampok. Hihihi.”
Kedua teman Ina tampak tak begitu
percaya, namun Ina mencoba untuk menjelaskan dengan semeyakinkan mungkin bahwa
ia diselamatkan Daniel saat nyaris terkena tembakan sang perampok dan saat
itulah polisi datang menangkap perampok tersebut.
Sorry
gals, I can’t tell you what really happened last day,
batin Ina saat mengingat
kembali perbincangannya dengan Lumiere
kemarin malam di kosnya…
***
- Kamar Kos Ina
Collins, kemarin malam -
“Ohhh!
Akhirnya sampe juga di kos tercinta!”
Ina menaruh tas Gucci miliknya di
atas meja dan langsung terduduk lemas di kursi kayu favoritnya. Kamar kos
tersebut terlihat besar karena berbentuk persegi dengan ukuran sekitar empat
kali empat meter. Perabotan kamar seperti meja belajar, kursi kayu, LCD Flat ukuran 40 inch, lemari antik,
dan ranjang bertipe single bed
tersusun rapih mengitari dinding yang dicat merah muda sehingga bagian tengah
kamarnya cukup lowong untuk dijadikan tempat duduk-duduk dan berkumpul bersama banyak
orang. Dua buah boneka anjing Siberian Husky - yang satu dewasa berwarna hitam
dan satu lagi puppy berwarna coklat
muda - tampak terduduk manis di atas ranjang, seolah meminta untuk dipeluk oleh
Ina.
“Duh, pengen mandi dulu ah. Cape
habis jadi miss heroine. Hihihi,” Ina berucap sendiri sambil langsung melepaskan
seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan langsung memasuki kamar mandi yang
pintunya terletak di samping ranjang.
Tentu saja Ina sebenarnya tidak
gila dan berbicara sendirian sejak tadi. Sebuah bola bercahaya kuning melayang
keluar dari dalam tas Gucci miliknya dan
terbang perlahan mengikuti Ina ke kamar mandi.
Princess…
Kau sepertinya kelelahan… Kekuatanmu belum bangkit seutuhnya…
“Ya iyalah. Ini aja gw sebenarnya
masih shock tauk sama kejadian tadi
sore,” jawab Ina sambil memutar keran shower.
Air panas mulai mengucur deras membasahi seluruh tubuh Ina yang basah lengket
karena keringat.
Saya
bisa mengerti kenapa Princess shock… Princess sedang melakukan latihan fisik
dengan bertapa di bawah air terjun panas buatan tersebut?
“Bertapa? Air terjun?” Ina malah
terlihat makin shock mendengar ucapan
- tepatnya telepati - si bola kuning yang terdengar agak primitif tersebut.
“Err, whatever deh. Coba mungkin gw
bisa dijelasin Beauty dan sebangsanya itu apaan, err-… gw manggil lu apa
mendingan?”
Lumiere itu nama saya,
Princess… Saya adalah Beauty
Watcher,
pengawas sekaligus pembimbing para Beauty yang terlahir kembali di jaman modern
ini…
“Watcher? Bentar- Ahh…,” Ina merenggangkan sendi-sendi tubunya yang kelelahan
sambil merasakan nikmatnya guyuran air panas, “…Coba-coba. Jelasin yang panjang
lebar dan jelas biar gw bisa ngerti dengan jelas banget ini gw jadi geulis (cantik, alias Beautiful) tuh apaan sebenarnya.”
Baik,
Princess… Alkisah pada jaman dahulu kala, Beauty
adalah kumpulan prajurit pengawal dari raja dan ratu yang berkuasa atas
kerajaan A yang damai dan makmur sentosa
rakyatnya. Suatu hari, kerajaan tetangga yang iri, yaitu kerajaan B, menyerang
kerajaan A secara dadakan dengan menggunakan monster-monster buas, ganas, dan kejam yang
disebut sebagai The Beasts. Kedua
kerajaan bertempur dengan seru selama empat hari empat malam tanpa henti.
“… Ini cerita tuh beneran apa lagi ngedongeng pake alkisah-alkisah segala?
Kok nama kerajaannya pake A dan B segala? Mana cara lu nyeritain agak lebay
lagi…,” komentar Ina dengan menyipitkan mata kanannya.
Karena… Saya
lupa nama kerajaannya, Princess… Maaf,
kalau cara saya bercerita terdengar
aneh… Saya… Saya berjanji akan
berlatih agar dapat bercerita dengan lebih baik… Hiks…
“Lha kok jadi nangis? Gw kan jadi ga enak.
Udah udah gapapa, lanjutin aja
ceritanya.”
Terima
kasih Princess. Setelah perang selesai, kerajaan A keluar sebagai pemenangnya.
Namun, sayangnya sang raja dan seluruh Beauty gugur dalam perang tersebut. Ratu
yang bersedih atas kematian sang raja,
akhirnya bersumpah dengan mengutuk kerajaan B bahwa seluruh
keturunan maupun reinkarnasi dari penduduk kerajaan tersebut akan memiliki
wajah yang buruk rupa seperti The Beasts yang mereka kirim sebelumnya untuk
menyerang kerajaan A.
“Hah? Kok kesannya si ratu kerajaan
A yang jahat sih? Pake ngutuk segala. Sampe ada reinkarnasi segala,” ujar Ina
sambil menyabuni dirinya dengan sabun cair wangi peach.
Lumiere melanjutkan
ceritanya tanpa mempedulikan komentar Ina barusan.
Ratu
dari kerajaan B yang mengetahui bahwa kerajaannya dikutuk oleh ratu dari
kerajaan A akhirnya balas mengutuk lagi dan bersumpah bahwa keturunan dan
reinkarnasi dari dirinya dan seluruh penduduk kerajaan akan terus mengejar
keturunan dan reinkarnasi penduduk kerajaan A dan membunuh mereka terus
menerus… Setelah itu…
“Ni kok ceritanya jadi
kutuk-kutukan sih… Gw jadi agak serem.”
Setelah
itu, beberapa waktu kemudian sebuah meteor besar jatuh dan menghancurkan baik
kerajaan A maupun kerajaan B. Seluruh umat manusia di muka bumi punah.
Ina nyaris terjungkang mendengar
kelanjutan cerita Lumiere tersebut.
“Meteor?? Kok malah jadi meteor sih? Ini kayak mau
disambung-sambungin aja ke film Knowing, Armageddon, 2012, or whatever movie tentang kiamat.”
Iya
Princess, tapi ini sungguh terjadi… Dengan campur tangan dari beberapa makhluk
hidup yang bukan berasal dari bumi…
“Oh good, sekarang alien,” celetuk Ina sambil memutar keran agar air mengalir deras.
…
Manusia mulai terlahir kembali dan akhirnya memenuhi bumi dengan peradaban yang berkembang pesat
hingga sekarag… Para manusia yang hidup sebelum meteor jatuh mulai terlahir kembali sebagai
manusia modern di jaman sekarang, termasuk para Beauty…
“Dan gw salah satunya?”
Betul,
Princess… Selain anda, masih ada beberapa Beauty lain yang terlahir kembali di
jaman ini. Tidak hanya para Beauty, namun raja dan ratu beserta seluruh
penduduk kerajaan B juga terlahir kembali… Hanya saja, kutukan dari para ratu
telah berlaku sehingga sedikit demi sedikit insting para reinkarnasi penduduk
kerajaan B bangkit mengubah mereka menjadi Beasts untuk berbuat kejahatan
dengan tujuan utama mengejar dan membunuh para penduduk kerajaan A dan para
Beauty…
“Kedengaran kurang meyakinkan sih
ceritanya. Jadi para manusia
reinkarnasi Kerajaan B itu berubah jadi Beasts dengan sendirinya setelah
beberapa waktu mereka hidup gitu? Bingung gw,”
ucap Ina sambil memutar keran shower
agar air mengalir lebih pelan.
Lumiere mendadak terbang melayang
dengan cepat mengitari kepala Ina, seolah panik karena Ina tidak begitu
mempercayai cerita tersebut.
Cerita
saya mungkin sulit dipahami, tapi percayalah, Princess… Engkau harus menemukan teman-teman
Beauty lainnya dan mencegah
para Beasts tersebut untuk berbuat kejahatan… Engkau dan
para reinkarnasi Beauty yang lain adalah satu-satunya pahlawan yang dapat
menjaga kedamaian di muka bumi ini… Percayalah…
"Hah gw beneran jadi kayak superhero gitu?
Hihihi!" teriak Ina kegirangan sambil membayangkan dirinya menjadi 'Sailor
Ina' menyelamatkan 'Tuxedo Bertopeng Prince Daniel'.
Lumiere mempercepat putarannya
terhadap Ina, seolah mengiyakan pertanyaan retoris Ina dan juga senang karena setidaknya Ina
tampak bersedia untuk menumpas para Beasts.
“Baidewei, gimana dengan raja dan ratu kita? Apa mereka juga udah reinkarnasi? Dan gimana caranya gw bisa nemuin Beauty-Beauty yang
lain?” Ina bertanya sambil mematikan shower dan mengambil handuk.
Itu…
Saya lupa, Princess… Maafkan saya…
“Lah kok bisa lupa? Eh bentar, ini
semua yang tadi diceritain itu beneran emang kaya gitu kan aslinya? Soalnya gw
masih ngerasa kalau cerita lu itu agak aneh,” tanya Ina sambil mengerutkan
dahinya.
Emm…
Sebenarnya saya sudah agak lupa dengan apa yang tadi saya ceritakan… Terakhir
saya ingat bercerita bahwa kerajaan A mengirimkan makhluk seperti kadal raksasa
karnivora untuk menghancurkan kerajaan B…
Ina menepuk jidatnya dan entah
mengapa muncul keinginan untuk meremas-remas
bola kuning yang merupakan perwujudan Lumiere tersebut.
“AGHH! Maksud lu, sekarang ada
dinosaurus, gitu?? Memori lu parah banget sih,” ucap Ina sambil keluar dari
kamar mandi diikuti Lumiere. “Ya udahlah. Intinya, gw sebagai Beauty harus
menumpas para Beasts ini kan sambil
nyari teman-teman sesama Beauty? Hihihi, tunggu sampai
si Ami dan Devi denger soal ini, mereka pasti bakal kagum punya temen superhero. Belum lagi si Prince yang
pastinya jadi makin lengket-…”
Ah…
Maaf Princess… Tapi, sebisa mungkin jangan biarkan ada orang biasa yang
mengetahui bahwa Princess adalah seorang Beauty... Saya rasa, pria yang tadi
sore melihat Princess menggunakan senjata Beauty juga sebaiknya jangan
dilibatkan lagi dalam pertempuran-pertempuran berikutnya…
“Hah? Emang kenapa? Gw ngerti sih,
kalau di film-film gitu, superhero
biasanya berusaha supaya identitasnya gak ketahuan orang lain. Apa ada alasan
khusus nih?” tanya Ina sambil mengenakan piyama kuning bermotif kepala Teddy
Bear.
Lumiere tampak melayang tanpa
bergerak di depan Ina dan tidak berbicara selama beberapa saat.
Itu…
Maaf, saya lupa… Tapi yang pasti, saya ingat bahwa sesuatu yang buruk dapat
terjadi kalau identitas Princess diketahui oleh banyak orang…
Ina hanya menghela nafas panjang
mendengar jawaban Lumiere.
***
“Oke
anak-anak, hati-hati pulang di jalan ya. Udah gelap jadi jangan pergi sendirian
kalau belum dijemput sama orang tua kalian ya.”
Ucapan guru les Niko tersebut
menandakan bahwa les Matematika hari ini telah selesai dan ia dapat segera
pulang untuk kembali melanjutkan bermain di iPad 7 yang baru dibelikan mamanya minggu
lalu. Sayang karena sang mama sedang sakit, ia harus rela menunggu lebih lama
untuk dijemput Pak Boni, supirnya yang sudah tua dan mengendarai mobil dengan
sangat pelan seperti siput sakit
perut.
Niko yang masih duduk di bangku kelas dua
SD tersebut tampak menunggu dengan sabar di beranda rumah yang menjadi tempat
lesnya sambil menyaksikan satu per satu teman-teman lesnya dijemput pulang. Andaikan
sang mama yang bekerja di perusahaan manufaktur elektronik itu tidak sakit,
pastilah sekarang ia sudah dalam perjalanan pulang seperti teman-temannya
tersebut.
“Niko, Tante Ling katanya lagi
sakit ya? Kamu tunggu di dalam aja, di luar rumah kakak kan dingin,” tawar guru
les Niko.
“Gapapa kok. Gak begitu dingin buat aku. Aku kan pake jaket hoody
ini. Aku mau nunggu Om
Boni di sini biar cepet pulang kalau udah datang mobilnya,” jawab Niko dengan polos sambil mengenakan jaket biru berkerudung.
“Oke, kalau gitu biar kakak ambilin
kue-kue dulu ya di dalam buat nemenin kamu. Bentar ya,” ujar sang guru les
sambil masuk ke dalam rumahnya kembali.
Niko duduk
dengan tampang yang terlihat bosan sambil menunggu kembalinya sang guru les
membawa kue-kue.
“Anakku...
Anakku... Aku ingin anakku kembali...”
Niko terkesiap
mendengar suara tersebut. Suara seorang wanita yang agak serak terdengar tidak
begitu jauh dari tempat Niko menunggu dijemput. Karena penasaran, ia segera
berlari ke arah gerbang rumah guru lesnya dan melihat siapa yang tadi
berbicara.
Kompleks
perumahan tempat guru les Niko tersebut cukup sepi namun tidak begitu gelap
berkat berbagai lampu penerangan yang diletakkan di sepanjang depan rumah para penghuni
kompleks. Di dekat gerbang rumah guru les Niko, seorang wanita paruh baya
tampak menutup mukanya sambil menangis terisak di hadapan seorang pria
flamboyan yang mengenakan topeng dan pakaian pesta serba putih hitam.
“Oui! Jangan khawatir, Madame. Permintaanmu pasti akan Je kabulkan,” ucap si pria flamboyan
sambil menggoyangkan jari telunjuknya di hadapan si wanita paruh baya.
“Tapi… Anakku
kan sudah…”
“Non non!” ucap si pria flamboyan sambil
mengayunkan tongkatnya perlahan ke arah si wanita paruh baya. “Je sudah bilang bahwa permintaanmu pasti
akan Je kabulkan, Madame.”
Sang pria
flamboyan kemudian menusuk ‘dada’ sang wanita hingga ia sempat berteriak
sebentar. Tidak ada luka maupun darah yang timbul.
“Nah, Je rasa di sekitar sini ada anak yang
bisa kau jadikan anakmu sendiri. Silakan Madame
ambil sendiri anak tersebut,” ucap sang pria flamboyan sambil melirik sepintas
ke arah Niko yang berdiri di depan gerbang melihat adegan aneh tersebut sejak
tadi.
“Au Revoir, Madame! Berterimakasihlah
pada Je karena kau akan dapat hidup
bersama dengan anakmu,” sang pria flamboyan langsung menghilang ke dalam
kegelapan pada saat sang wanita paruh baya tersebut bertransformasi menjadi
sesosok makhluk wanita berbaju putih dan berambut sangat panjang.
Makhluk tersebut
berjalan perlahan ke arah Niko yang menjerit ketakutan. Jeritan tersebut
terdengar hingga ke dalam rumah guru les Niko. Sang guru yang baru saja hendak
berjalan ke luar pintu terkaget dan segera berlari. Sayang, yang ia dapati
hanyalah pemandangan gerbang rumahnya yang rusak dan banyaknya helaian rambut
hitam panjang jatuh tersebar di sekitar gerbang.
***
“Eh eh, udah denger belum kalau anaknya Mrs. Ling
diculik kemarin malam?”
Ina bergosip
dengan Ami saat mereka bertemu secara kebetulan di dalam toilet. Hari ini Mrs.
Ling kembali tidak masuk ke kantor, namun bukan karena masih sakit.
“Hah!? Yang
bener Na?” tanya Ami sambil meneteskan cairan ke mata kirinya untuk menjaga
agar soft lens yang ia kenakan tidak
menjadi kering.
“Iya Mi!
Beneran! Gw denger langsung kok pas Mr. Deni ditelepon sama Mrs. Ling. Err,
tepatnya gw curi-curi dengar sih. Hehe,” ujar Ina samba mencuci tangan. “Tapi
gw gak tau sih gimana kronologisnya. Mungkin nanti bakal ada beritanya di koran
atau news website. Ya moga-moga aja
sih anaknya gapapa.”
“Hello girls! Ni lagi pada gosip apaan
nii!?” tanya Jessica yang baru saja masuk ke dalam toilet. Ami tampak menghela
nafas sambil meneteskan cairan ke mata kanannya berusaha agar tidak memedulikan
kedatangan Jessica. Ina bahkan memasang muka seperti sedang menahan muntah
karena hanya menganggapnya sebagai suara kentut lewat.
“Haduh, you all are really pitiful, you know,”
ucap Jessica sambil mengibaskan rambut coklat panjangnya bak model iklan
shampo. “Ngegosipin gua yang sesama karyawan di jam kerja, ya? Ah kalau gw
kasih tau ke Mr. Deni, kira-kira SP (Surat Peringatan) tingkat berapa yah yang
bakal dikasih ke kalian?”
“Heh!? Ge er amat sih! Lu ngapain sih ikut campur
urusan orang? Mulut ya mulut gw sama si Ina mau ngegosipin siapa. Mau gosipin
lu, mau gosipin OB di kantor, mau gosipin pengamen di pinggr jalan, urusan kita
kalii!?”
“Ohh Ami, your words are so cute! Hahaha!” tawa
Jessica sambil setengah berteriak. Ia benar-benar tampak seperti tokoh
antagonis di sinetron-sinetron Indonesia.
Ina yang tampak
kesal menyiram Jessica dengan cipratan air keran - dengan mengibaskan tangannya
yang sedang dicuci - dan membuat bajunya menjadi agak basah.
“AGHH!! What the f*ck are you doing!?” teriak
Jessica sambil memegang bajunya yang kebasahan. Ina yang melihat baju Jessica
kebasahan kemudian menghampirinya dan mendadak menarik baju Jessica hingga
bagian ketiak kanan bajunya tersobek sedikit.
“Ouch! Sorry, Miss Jessica. Padahal gw cuman bermaksud membantu narik baju
lu ke deket hand dryer untuk
dikeringin. Jelek banget bahan baju lu ya. Hihihi,” tawa Ina dengan muka yang
sangat puas sambil melihat ke arah bagian yang sobek. “Oh well miss
creepy hag, your bulu ketek is so cuteee that I find it really
dis-gus-ting. Hahaha!!”
tunjuk Ina pada ketiak Jessica - yang memang menampilkan beberapa helai bulu
ketiak - dan kembali tertawa sambil keluar dari toilet.
Ami yang melihat
hal tersebut ikut tertawa sambil cepat-cepat keluar dari toilet segera setelah
membereskan peralatan pembersih soft lens-nya.
Jessica hanya mencak-mencak sendiri di dalam toilet seperti tokoh antagonis
yang kesal karena rencana busuknya digagalkan tokoh protagonis di dalam
sinetron-sinetron.
Terlepas dari suasana heboh di dalam toilet wanita,
sesosok makhluk berjubah hitam berdiri
diam di luar area toilet mengamati saat Ina mapun Ami keluar dari dalam toilet
dengan tertawa puas.
***
“Duh Dev, udah ampir dua jam nih kita keliling-keliling
terus di Centra. Masih gak cukup apa
belanja lu?”
tanya Ina yang terduduk kelelahan di sofa. Sofa dan tempat duduk bagaikan oasis
untuk mereka yang lelah berkeliling di Centra, tempat yang menjual berbagai
produk fashion berdiskon tinggi
seperti sepatu, baju, dan tas.
Suasana di Centra Dept. Store
Saat ini, Ina cs sedang berjalan-jalan
menemani Devi untuk belanja mingguan di Plaza
Semangka, sebuah mal yang terletak di seberang kantor PT HUWAWA tempat Ina
bekerja dengan jarak perjalanan sepuluh menit jalan kaki. Centra merupakan
salah satu toko terbesar yang ada di dalam mal tersebut.
“Udah na, lu
duduk santai dulu aja di sini. Yuk, Mi. Gw masih belum ngeliat-liat sepatu
diskon tujuh puluh persenan di sebelah sana. Yay!” ujar Devi sambil menarik
lengan Ami yang memasang tampang seperti seorang putri yang diculik penyihir
kejam.
“Ahh… Akhirnya
gw bisa duduk juga,” gumam Ina sambil menutup matanya sebentar. Ia tampak
sedikit kelelahan dan perlahan-lahan ‘berteleportasi’ ke dunia Fairy Tale kembali dan berubah wujud
menjadi Hermina Granger.
Hermina sedang
berjalan-jalan di Plaza Hogsmeade menemani Gidevi dan Lunami berbelanja pakaian
agar mereka dapat mengikuti kontes Miss
Magic HOGWAWA. Karena sudah kelelahan, Hermina memisahkan diri dan berisitrahat
sejenak di kursi berbentuk kodok dengan mulut menganga di luar salah satu toko.
Saat beristirahat
sendirian, Professor Jessica yang mukanya penuh dengan keriput dan mengenakan
topi dan jubah penyihir super norak berjalan menghampirinya.
“Good evening, missy. May I sit beside you?”
tanya Professor pada Hermina dengan nada bicara seperti nenek renta meskipun
usianya belum terlalu tua.
“Sure,” jawab Hermina singkat. Ia
sebenarnya tidak mau kalau sampai harus berbicara dengan guru nyentriknya
berlama-lama. Apalagi saat ini ia masih kelelahan akibat lama berjalan-jalan
mengelilingi Hogsmeade.
“Lately, your grade aren’t doing so well,
missy - at my class, to be exact.”
Hermina merasa
dirinya sudah melakukan seluruh tes yang diberikan Professor Jessica dengan
cukup baik. Ini pastilah salah satu trik Professor Jessica Severus untuk dapat
menyiksa Hermina dengan dalih melakukan detensi, pikir Hermina dalam hatinya.
“I’m afraid that I must give you detention
really soon…,” ujar Professor Jessica sambil meraih lengan Hermina perlahan
dengan tangan kirinya. Ada suatu pancaran sinar aneh di tangan kiri Professor
Jessica.
“Hermina!”
Daniel Potter
tiba-tiba berteriak tidak jauh dari tempat Hermina duduk sehingga Professor
Jessica membatalkan niatnya meraih lengan Hermina - untuk memberikan semacam
mantra kutukan, tampaknya - dan ia segera berjalan pergi meninggalkan Hermina.
“Daniel? Why are you here?” tanya Hermina dengan
muka yang kemerahan karena blushing.
“Because I just want to meet you,”
jawabnya sambil berjalan mendekati Hermina. Jantung Hermina mendadak berdetak
sangat kencang.
“Ah.. Daniel… Oh no no, thank you. I… I just…”
“Ina!? Wake up, Ina,” ujar Daniel sambil
menggoyang-goyang bahu Hermina.
“Huh!?”
Hermina Granger
mendadak kembali menjadi Ina Collins dan terbangun dari tidur sejenaknya.
Daniel Vico Saverio ternyata duduk di samping Ina dan membangunkannya. Ina
langsung terkaget dan malu-mau.
“A… Anu… A… Kok…
Kok…,” Ina tergagap karena Prince
Charming-nya tiba-tiba telah duduk di sampingnya. “Daniel, kamu kok… Kok…
Bisa di sini?”
“Ahaha. Tadi aku
sedang berjalan-jalan dengan teman-teman sekantor. How are you, Miss Hero? Any
enemy in sight?” tanya Daniel sejenak sambil melihat-lihat ke sekitarnya,
seolah berjaga apabila ada musuh yang menyerang.
“Oh no no.. Ehehe… I’m… just… taking a break,”
jawab Ina sambil mencoba mencari-cari di mana Ami dan Devi. Tampaknya kedua
temannya tersebut - Devi tepatnya - masih keasyikan mencoba-coba bebagai sepatu
diskon.
“Oh, right. Want to buy some breads? I’m
still a bit hungry after dinner, actually,” ajak Daniel.
Toko roti tidak
begitu jauh dari Centra, sehingga Ina berpikir tidak ada salahnya kalau ia
pergi sebentar bersama Daniel. Lumayan
bisa nge-date bentar sama si Prince, pikir Ina sesaat dan kemudian segera
mengiyakan tawaran Daniel.
Ina dan Daniel
berjalan keluar dari Centra menuju toko roti BreadThink yang memang sudah terkenal dan membuka banyak cabang di
kota Jakarta. Saking gugupnya Ina, ia hampir tidak berbicara sepatah katapun
pada Daniel yang tampak tenang-tenang saja bersama Ina.
Aghhh speak up, Ina. Be brave, don’t be a retard. This
is a good chance to know him more. Come on Ina, batin Ina dalam hatinya.
“Umm… Daniel…
Gimana kerjaanmu?”
“Oh, very fine though so really busy today.
Haha. Gimana dengan kerjaanmu, Ina? Ada kesulitan di kantor?” tanya balik
Daniel sambil memilih-milih roti yang akan ia beli di BreadThink.
Ina sedikit
menahan tawa ketika mendengarkan Daniel berbicara bahasa Indonesia informal
dengan lancar. Bagaimanapun juga, Daniel benar-benar seperti bule asli yang fasih
berbicara bahasa Indonesia dan Inggis. Italia juga termasuk seharusnya,
mengingat ia blasteran Italia.
“A… ah? Really? Well, my works also’ve gotten
quite busy these few days. Hehehe… Y… Ya, untungnya lumayan lancar sih
sekalipun ada… ‘serangga’ yang suka mengganggu kerja…,” jawab Ina sedikit gugup
sambil memikirkan ‘serangga’ jenis baru dengan nama ilmiah Jezzica Wheytiva.
“Ahaha. So, you said there are many nyamuks at your office?”
Kata ‘nyamuks’
yang diucapkan dalam bahasa Indonesia oleh Daniel - dan bukannya mosquitoes - benar-benar terdengar lucu
di telinga Ina hingga ia nyaris tertawa.
“Ahaha no no. Not something like nyamuks,
or, lalats,” jawab Ina dengan sengaja
membiarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia, “It’s more like… kind of someone that swear to the Demon King that she
will kick my b*tt to the Hell’s fire. Ehehe.”
“HAHAHA!” tawa
Daniel dengan keras hingga sempat mengagetkan seluruh pengunjung BreadThink. “Demon King! Oh, you’re so really funny, Miss Hero. Here, take this roti. Gratis,”
sanjung Daniel sambil memberikan salah satu roti yang dibelinya pada Ina.
Mata Ina serasa
berkaca-kaca mendengar pujian Daniel. Ia juga dengan semangat menerima roti
yang diberikan Daniel tanpa ragu.
“Ehehe. Thank you,” balas Ina.
“!!!”
Mendadak listrik
berhenti mengalir sehingga seluruh mal menjadi nyaris gelap gulita. Beberapa
orang berteriak dengan kencang, namun tidak ada yang bertindak apapun karena
kemungkinan besar teriakan tersebut berasal dari orang-orang yang terkaget
karena lampu di mal padam dengan tiba-tiba.
“Setannnn!!”
teriak seseorang yang berdiri di dekat Ina dan Daniel.
Ina dan Daniel
menoleh dan melihat ada sekelebat bayangan wanita berbaju putih melewati mereka
dengan melayang agak pelan namun berangsur-angsur menjadi cepat. Sontak Ina
hampir berteriak namun mendadak sebuah suara yang tidak asing lagi berbicara
langsung di dalam kepalanya.
Princess, saya dapat merasakan aura dari Beast... Saya
yakin sosok yang disebut sebagai setan tadi adalah seorang Beast…
“Eh beneran!?”
Ina hampir berteriak mendengar hal tersebut dari Lumiere. Untunggg banget gw ga keburu teriak. Bisa malu gw di depan Prince. Be
brave, Ina, batin Ina.
“Ina, let’s chase that setan thing. It is an enemy, isn’t it!?” ucap
Daniel sambil berlari mengejar ‘setan’ tadi.
Ina terdiam
sesaat kebingungan karena Daniel seolah mengetahui soal wanita berbaju putih
tadi.
“Huh!?”
Namun belum
sempat Ina berpikir lebih jauh, Daniel segera kembali dan menyeret tangan Ina
untuk mengajaknya ikut berlari juga. Mereka berdua mengejar si setan wanita
berbaju putih yang ‘melayang’ semakin cepat menjauhi mereka hingga keluar dari
area Plaza Semangka yang masih agak gelap karena listrik masih belum mengalir.
“Hah… Hah… I’m… A bit tired…,” desah Ina yang
berlari dengan semakin pelan.
“Hold it!” teriak Daniel yang tiba-tiba
mengangkat dan menggendong Ina - yang langsung kaget setengah mati tanpa sempat
berkata apa-apa - dan langsung lanjut mengejar si setan wanita.
Wanita tersebut
keluar ke arah jalan sempit di samping Plaza Semangka yang sangat sepi dan
minim penerangan. Daniel - dengan Ina yang digendongnya dengan muka tersipu
malu - sedikit memelankan pengejarannya agar tidak sampai terjatuh akibat
tersandung bebatuan atau gundukan tanah dari pekerjaan galian yang belum
selesai.
Tidak lama
kemudian, wanita setan tersebut berbelok memasuki satu buah rumah kecil yang
terbilang cukup jelek. Dengan menembus pintu, tentunya.
“Uhm, a… Apa mending
kita coba cari jendela terbuka buat masuk kayak di film-film detektif ngejar
penjahat ya?” tanya Ina spontan saat ia diturunkan dari gendongan Daniel.
Oh my God!! Gw digendong Prince Charming tadi!! Ini
bukan mimpi kan, God!? If this is indeed a dream, then please don’t wake me up, teriak Ina di dalam hatinya. Ia merasa seperti
seorang putri yang baru dibebaskan dari sarang penjahat oleh pangeran tampan.
“I think-…” Daniel mendobrak pintu depan
hingga egsel pintu terlepas, “This way is
faster. Come on, Ina. The enemy is so really close!”
Ina masih
terdiam sesaat di depan pintu - bekas pintu terpasang, tepatnya - sambil
menatap Daniel yang segera masuk berlari ke dalam rumah tersebut dengan
bersemangat.
“Oh good. Gw ngerasa lebih pas dibilang
kayak penjahatnya yang ngejar detektif,” gumam Ina sambil cepat-cepat menyusul
Daniel masuk ke dalam rumah tersebut.
***
Meskipun dari luar tampak kecil dan butut, rumah
tersebut ternyata cukup luas dan bersih. Ina dan Daniel menjelajahi rumah
tersebut dengan melewati beberapa ruangan seperti ruang tamu dan ruang makan
dalam keadaan lampu tidak dinyalakan, sehingga penjelajahan mereka hanya
dibantu oleh cahaya bulan dan lampu penerangan dari arah luar rumah. Seluruh
ruangan ditata dengan rapih dan diisi dengan berbagai perabotan sederhana.
Beberapa lukisan pemandangan taman banyak tergantung di hampir semua ruangan
yang mereka lewati.
“Let’s go there,” ajak Daniel saat
menemukan tangga menuju lantai bawah tanah.
“Err.. Oke,”
jawab Ina dengan sedikit gugup setelah tidak sengaja melihat pigura berisi foto
seorang anak laki-laki yang usianya mungkin kurang dari tujuh tahun yang
berdiri di atas televisi hitam kecil.
Princess, saya merasakan keberadaannya sudah tidak
begitu jauh dengan kita… Hati-hati…
Ina hanya
mengangguk pelan sambil memegang erat tas Gucci miliknya - di mana Lumiere
bersembunyi - sambil menuruni tangga ke bawah dengan hati-hati. Tampaknya
bagian bawah rumah ini mirip dengan gudang besar yang menyimpan berbagai macam
barang bekas, namun semuanya tersusun dengan rapi dan cukup banyak tempat
kosong untuk dipakai sebagai tempat berjalan. Sayang ruangan tersebut cukup
minim akan penerangan sehingga menyulitkan pergerakan Ina dan Daniel.
“Sepertinya
pemilik rumah ini sangat suka dengan kerapihan -… LOOK OUT!!”
Ina berteriak
spontan saat serangan rambut hitam mendadak menghujani area tempatnya berada.
Daniel langsung berlari menarik tangan Ina sehingga serangan tersebut tidak
berhasil mengenai mereka berdua. Tas Gucci Ina yang dipegangnya erat terlempar
karena kaget.
“Pergi…! Jangan ganggu anakku…!”
Suara mengerikan
tersebut menggema di ruangan bawah tanah tersebut. Setan wanita berbaju putih
yang diduga sebagai Beast tersebut
tidak terlihat sedikitpun.
“Ahh tasnya!!”
“Ina, be careful! The enemy is invinsi-… OUCHH!”
Serangan rambut
kembali menghantam dan mengenai sisi kanan perut Daniel. Darah keluar sedikit
demi sedikit dari luka tersebut.
“Da… Daniel!”
“No, I’m… so really okay! If only this room
get a bit lighter… We should be able to see the enemy…”
“… Light? Oh yes! Lumiii!! Cepetan terbang keluar!!”
Tidak sampai dua
detik, sebuah bola kuning melayang keluar dari tas Gucci Ina yang tergeletak
sedikit jauh dari tempatnya berada. Lumiere, sang bola kuning, langsung
memancarkan sinar kuning terang yang cukup membuat silau mata.
Mengapa menyuruh saya keluar Princess? Saya rasa akan
lebih baik kalau saya tetap bersembunyi…
Akibat sinar
yang dipancarkan oleh Lumiere, kini gudang tersebut langsung menjadi terang
benderang dan seluruh benda dapat terlihat dengan mudah. Seorag wanita berbaju
putih dan berambut hitam panjang tampak melayang di salah satu sudut gudang.
Apabila dilihat dengan baik-baik, ada dua tonjolan panjang di balik baju putih
tersebut dan menggantung di bagian dada sang wanita yang sepertinya… payudara.
Egh!? Penampilannya kaya Wewe Gombel. Apa semua Beast
emang berbentuk hantu-hantu lokal ya,
batin Ina.
“Pergi…! Semua pergiii…!!”
Serangan rambut
kembali dilontarkan oleh sang wanita sehingga membuat Ina dan Daniel terpisah. Ina
selamat karena didorong oleh Daniel ke arah tas Gucci Ina tergeletak sedangkan
Daniel terpelanting agak jauh dan menabrak tumpukan koran dan buku bekas yang
berjatuhan menimpanya.
“Ahhhh
Danielll!”
Princess, cepat ambil Miracle Lipstick dari dalam tasmu…!
Meskipun sulit
berkonsentrasi karena melihat Daniel yang tertimpa tumpukan koran dan buku
bekas, Ina berhasil mengambil tasnya dan mengeluarkan Miracle Lipstick. Ia langsung mengarahkan senjata lipstik tersebut
kepada si setan wanita.
“Rasakannn!!” teriak
Ina sambil menembak dengan Miracle
Lipstick.
“AAAHHHHHH…!!!”
Tembakan sinar
laser merah muda dari Miracle Lipstick yang bertubi-tubi - dan banyak yang
meleset - berhasil mengenai setan wanita tersebut dua kali, yaitu pada salah
satu serangan rambut dan satu lagi pada bagian perutnya.
“Yes Yes kena!
Okei setan, eh, Beast gila, rasakan kekuatan serangan Princess Ina si geulis, Princess Shot!” seru Ina
- yang baru saja memberikan nama yang terdengar keren untuk serangannya -
sambil mulai menembak kembali beberapa kali.
“Jangan….! Ganggu…! Anakkuuuuuu…!”
Setan wanita
tersebut sepertinya mengamuk dan menyebarkan serangan rambutnya ke seluruh
penjuru gudang hingga menjatuhkan tumpukan barang-barang besar. Ina berhasil
menghindari serangan rambut karena akurasi serangan setan wanita tersebut
menurun drastis.
“Ahhh! Tolong
jangan ganggu mama!”
Seorang anak
kecil yang mengenakan jaket hoody
berwarna biru tiba-tiba muncul berlari sambil berteriak dari salah satu ujung
gudang. Akibat serangan si setan wanita, tumpukan dus - yang sepertinya sangat
berat - mulai berjatuhan ke arah si anak kecil.
“WATCH OUT!!” teriak Daniel yang terluka
sambil berlari dan mendadak meyeret si anak kecil sehingga terhindar dari
jatuhnya tumpukan dus tersebut.
“Anakkuuuu…! Lepaskan…!!”
Setan wanita
tersebut entah kenapa malah semakin mengamuk dan melesat terbang ke arah Daniel
yang masih memegangi si anak kecil tersebut. Hanya dalam hitungan detik, sang
setan wanita telah berada di samping Daniel dan ‘meninjunya’ dengan kedua
tonjolan panjang - alias payudara - di balik baju putihnya.
“Gombel Nanny, tolong berhenti!” teriak
si anak kecil yang masih dipegang lengannya oleh Daniel.
“Dududuh… gimana
ni!? Kalau tembakan gw meleset, bisa-bisa kena si Prince,” gumam Ina yang ragu apakah
akan menembak sang setan wanita tersebut atau tidak. Posisi Ina dengan Gombel
Nanny, sang setan wanita, memang cukup jauh sehingga wajar bila Ina khawatir
serangannya meleset.
Princess… Saya baru teringat… Mengenai seranganmu,
Princess Shot… Cobalah berkonsentrasi dan bayangkan bahwa Princess Shot akan
mengenai sang Beast…
“Duhhh! Susah
konsen ngeliat Prince ditinju berkali-kali gitu dengan… payudara si Beast gila
itu! Oke-oke gw coba bayangin deh!”
Ina mencoba
untuk mengumpulkan konsentrasinya sesaat dan menembakkan Princess Shot sekali ke
arah Gombel Nanny, namun tembakan tersebut mengarah lurus menuju Daniel.
“AHHH!! Belok
plis belokkk-… Eh!?”
Ina tertegun
ketika melihat Princess Shot berbelok tepat sebelum mengenai Daniel dan
langsung mengenai salah satu payudara panjang Gombel Nanny. Setan tersebut
berteriak kesakitan.
“Om! Tante!
Tolong jangan sakitin Nanny!” teriak si anak kecil.
“Ugh-… Calm down, kid. Miss Hero akan berbuat
sesuatu untuk mengembalikan Nanny ke wujudnya semula, meski memang sedikit
sakit…,” ujar Daniel yang masih menahan sakit akibat ditinju payudara Nanny.
“Kalian semua…! Jangan ganggu…! Anakku…!”
Nanny tampaknya
siap mengamuk, namun Ina - yang sepertinya juga ingin mengamuk karena dipanggil
tante oleh sang anak kecil - langsung melancarkan beberapa tembakan sinar laser
merah muda yang dapat berbelok tersebut.
“Homing
Princess Shot!! Yehhh!!” seru Ina atas nama serangan barunya tersebut.
Akibat terkena
serangan berkali-kali, Nanny akhirnya terjatuh pingsan. Sebuah lingkaran cahaya
merah muda muncul di atasnya, sama seperti saat Ngepet Piggy tempo hari pingsan
oleh serangan Princess Ina.
Princess… Saatnya melakukan Beauty Lock pada Beast
tersebut…
“Tanpa lu minta
gw juga bakal lakuin sekarang, Lumi,” ucap Ina sambil menembakkan Princess Shot
beberapa kali pada lingkaran tersebut. ”Beauty Lock!!” teriak Ina saat
menyelesaikan prosedur Beauty Lock
dengan menembak lingkaran pekat hitam kecil di tengah-tengah lingkaran merah
mudah besar tersebut.
Berhasil, Princess… Horeee…
Segera setelah Beauty Lock dilakukan, Gombel Nanny berubah kembali menjadi wujud
manusia yang dikenal baik oleh Ina, Bi Nuri. Ia masih tergeletak di lantai tak
sadarkan diri.
“Bi Nuri!?” Ina
setengah berteriak sambil berlari menghampiri Bi Nuri yang pingsan di lantai.
Daniel berjalan pelan mendekati Bi Nuri sambil ditemani anak kecil berjaket
hoody biru tersebut.
“Da… Daniel!? Your… Your body is injured rather badly!?”
“Nah don’t worry about me, Miss Hero. You saved my life again. This wound is
really so really nothing. Hahaha!” jawab Daniel sambil menegakkan badannya
dan tertawa, seolah badannya memang tidak terluka terlalu arah.
Ina tampak
sedikit lega melihat Prince Charming-nya tampak masih bersemangat. Ia kemudian
menoleh ke arah si anak kecil yang kini sedang berjongkok di samping Bi Nuri. “Kamu…
Niko, anaknya Mrs. Ling kan? Jadi kamu diculik oleh Bi-… Em, Gombel Nanny? Itu
nama yang kamu sebut tadi kan?”
“Iya aku emang
dibawa sama Nanny ke sini kemarin abis pulang les,” jawab Niko atas pertanyaan
Ina. “Awalnya takut sih, soalnya aku liat Nanny berubah jadi setan kaya tadi
habis ditusuk pake tongkat sama om-om yang pake baju pesta norak aneh gitu.
Tapi Nanny ngurus aku di sini baik-baik kok. Beneran.”
Ina dan Daniel
tampak kebingungan mendengar cerita Niko, apalagi saat mengetahui bahwa Bi Nuri
berubah menjadi Beast karena ditusuk oleh seorang pria misterius berbaju norak.
Ia kemudian melanjutkan ceritanya mengenai Nanny, alias Bi Nuri, yang hanya
tinggal berdua saja dengan anaknya yang bernama Hanung karena suaminya telah
lama meninggal.
Nanny sangat
sedih karena anaknya yang masih kecil tersebut akhrnya meninggal juga dalam
suatu kecelakaan lalu lintas beberapa minggu yang lalu. Nanny menculik Niko
untuk dijadikan anaknya yang baru, dan ia juga berkeinginan untuk membawa
pulang lagi beberapa anak untuk menjadi teman bermain Niko di rumah Nanny,
yaitu di tempat mereka berada sekarang. Selama diculik, Niko tetap diperlakukan
dengan baik meskipun penampilan Gombel Nanny awalnya membuat Niko takut
terhadapnya.
“Pokoknya Nanny
sebenernya baik kok. Jangan diaduin ke polisi ya, om bule sama tante! Aku
senang kok main sama Nanny seharian ini!” teriak Niko yang berdiri merentangkan
tangan di samping Bi Nuri, seolah berpose melindunginya.
“Oke-oke, ntar
aku ga aduin ke polisi, tapi kamu harus pulang ya ke rumah Mrs. Ling.”
“Ah, maybe we can just talk to… this Mrs.
Ling that we found him kidnapped by a random stranger and just managed to got
away and the two of us found him near Plaza Semangka?” usul Daniel pada
Ina.
“Good Idea. Hihihi. Tapi kita juga ke
rumah sakit terdekat dulu ya buat ngerawat lukamu.”
“Yes. Thanks, Miss So Really Cool Hero!
Hahaha!”
Kedua orang
tersebut kemudian tertawa, sedangkan Niko hanya terdiam saja sambil memandang
Ina dan Daniel. Ia kemudian berjongkok dan mengusap pelan wajah Bi Nuri yang
masi pingsan, seolah ingin menenangkan Bi Nuri yang tentulah stres akibat
ditinggal keluarganya.
“Nanny, makasih
ya udah jagain aku seharian ini. Kapan-kapan kita main lagi…,” ucap Niko dengan
pelan.
Dengan
selesainya kasus tersebut, Ina dan Daniel segera pergi keluar dari rumah
tersebut dengan sebelumnya menggotong Bi Nuri ke kamar tidurnya. Semakin lama
mereka diam di rumah Bi Nuri, semakin besar besar pula kemungkinan warga
sekitar datang dan menyangka mereka adalah perampok. Daniel telah meninggalkan
uang untuk ongkos perbaikan pintu depan rumah dan kerusakan yang terjadi akibat
pertarungan mereka di gudang bawah tanah.
Dalam perjalanan
pulang setelah mengantar Niko - dan berpesan kepadanya agar tidak menceritakan
kejadian yang sesungguhnya terjadi -, Ina sempat ‘kembali’ ke dunia Fairy Tale di mana ia menjadi Hermina
Granger yang berhasil menyelamatkan Daniel Potter saat nyaris terbunuh oleh Vo
Lemot, sosok sesungguhnya dari Profesor Jessica Severus yang menyamar untuk
membuat kekacauan di Sekolah Sihir HOGWAWA. Hermina dan Daniel kemudian
berpegangan tangan dan meluncurkan mantra Ridiculous yang berhasil mengalahkan
Vo Lemot. Mereka berdua kemudan saling merapatkan dahi di bawah sinar rembulan,
dan adegan romantispun akhirnya terjadi.
Sementara itu,
di dunia nyata, sesosok bayangan hitam diam mengamati dari jauh saat Ina berada
di perjalanan pulang ke kos tercintanya.
***
Sepucuk
kelopak bunga mawar merah raksasa, yang tergantung di dinding sebuah istana
megah namun memiliki penerangan yang kurang cukup, kembali gugur jatuh ke lantai
dan menghilang. Beberapa orang tampak mengelilingi bunga mawar merah raksasa
tersebut, dengan seorang wanita berbalut jubah kain merah muda berdiri di
tengahnya.
“Ah…
karena
Pierre, sekarang sudah bertambah satu lagi
…”
Seluruh orang yang berdiri di
sekeliling sang wanita mendadak berlutut menghadap ke arah wanita tersebut.
“Beauty
Princess…”
Wanita tersebut tersenyum lebar,
memperlihatkan bibirnya yang semerah darah.
--- oOo ---
Chapter 02:
Mother Beauty
End
--- oOo ---
Her friend is visiting…
“Kyaaaa! Gila
gimana kabar lu sekarang? Udah lama pisan
kita ga ketemu!” seru Ina sambil cipika-cipiki
dengannya.
But so is the trouble…
“Aihh! Sorry Miss Retard~ I didn’t intend to do that… at first. Hohoho!” tawa Jessica saat
melihat baju yang baru pertama kali dikenakan Ina tersebut basah oleh kopi yang
tumpah.
And more of them are coming…
“Apa yang kau
mau laku-… AGHHH!” teriaknya saat Pierre menusuk dadanya dengan tongkat hitam
panjangnya.
And finally… The new helper…
“Eh!? Ja… Jadi,
lu Beauty yang kedua!?” teriak Ina seolah hampir tak percaya dengan Beauty
kedua yang kini berdiri di hadapannya.
- Coming Soon -
Chapter 3
BEAUTY DUCHESS
- Only at The World of Alexander Blue -
Disclaimer: All Images are for illustrative purpose only. They are not mine.