Sabtu, 02 Maret 2013

Beauty & The Beasts Chapter 2

Chapter sebelumnya dapat dilihat di sini.



 
Chapter 2
MOTHER BEAUTY


Beberapa hari ini, kantor pusat dari PT HUWAWA tempat Ina Collins bekerja cukup hiruk pikuk karena banyaknya permintaan pembelian barang. Ina yang bekerja di bagian pembelian tampak cukup kewalahan.
“Pak Adi, Purchase Requisition yang tadi dikasih ke saya gak valid karena ada kesalahan dalam nilai barangnya. Kalau bisa, tolong segera diperbaiki agar bisa saya proses secepatnya,” ujar Ina sambil menyerahkan dokumen tersebut kepada kepala bagian operasional.
Ina segera berlari ke departemen lain untuk mengembalikan dokumen-dokumen lain yang juga tidak valid.
“Duh sibuk amat sih gw beberapa hari ini,” gumam Ina sambil menyempatkan diri kembali ke mejanya untuk mengambil minum segelas air putih dingin. ”Ah coba aja si Prince kerja di sini, lumayan buat gw cuci mata. Hihi-… SH*T!!”
Gelas yang dipegang Ina terjatuh ke meja dan membasahi beberapa dokumen yang harus dikembalikannya ke departemen lain. Jessica barusan melewati Ina - sambil sengaja menyenggolnya dengan berpura-pura mau merapikan blazer hijau yang dikenakannya -  dan ‘berbaik hati’ mengangkat kertas-kertas yang telah basah tersebut.
“Aduhh! Kacian basah ya? Makanya pegang tuh yang kenceng- Ups!?” ujar Jessica Whey yang secara ‘tidak sengaja’ merobek sedikit beberapa lembar kertas dokumen basah karena terlalu kencang memegangnya.
F*CK! You, m*ron! Itu dokumen Purchase Requisition yang mau gw balikin ke divisi lain gara-gara gak valid tauk!? Lu ngapain sih bikin rusak aja!?” geram Ina dengan suara yang sepelan mungkin agar tidak sampai terdengar orang-orang seisi kantor.
“Ihh gw kan tadi niatnya baik mau bantuin lu ngerapihin doank. Jangan marah-marah donk,” ucap Jessica dengan nada sedikit mengejek. “Eh, suara lu pelan amat? Lagi sakit tenggorokan ya? Gw ga kedengaran. Coba lebih kenceng-…”
“Non, permisi. Biar bibi bersihin dulu.”
Mendadak, seorang office girl paruh baya muncul untuk membersihkan tumpahan air sehingga Jessica - yang sudah hampir dijambak rambutnya oleh Ina - langsung melesat pergi kembali ke meja kerjanya.
“I… Iya. Makasih ya Bi Nuri. Tolong sekalian yang di bawah mejanya juga dipel ya bi, soalnya airnya tumpah sampe ke bawah juga. Saya mau ke toilet dulu,” ucap Ina sambil terburu-buru ke toilet meninggalkan Bi Nuri dengan menahan emosi.
“Iya non,” jawab Bi Nuri sambil melanjutkan mengepel lantai.
Di sebelah Ina terdapat meja tempat kerja Mrs. Ling, supervisor Ina yang tidak masuk hari ini karena sedang sakit. Bi Nuri tampak memperhatikan foto-foto kedua anak Mrs. Ling yang dipajang di meja tersebut sambil membersihkan meja Ina. Foto-foto tersebut memperlihatkan dua orang anak kecil berwajah oriental - yang satunya laki-laki dan satunya lagi perempuan - sedang bermain di suatu taman hijau dan berpose tertawa bersama Miss Ling dan suaminya.
“… Hanung,” gumam kecil Bi Nuri sambil terdiam sejenak dengan pandangan kosong, ”… Anakku… Andai saja kamu…”

***

Are you kidding!?
Ami setengah berteriak ketika mendengar langsung dari mulut Ina bahwa ia dan Prince akhirnya resmi berkenalan secara kebetulan di tempat mereka makan siang saat ini, kafe Starbucky, kemarin sore.

Suasana kafe Starbucky



Oh, come on gals. I’m serious. Dan lu tau gak apa namanya si Prince?” tanya Ina sambil mengacungkan garpu yang ia gunakan untuk memakan spaghetti ke arah Ami dan Devi bergantian. “Daniel-Vico-Saverio. Cool banget, kannn?”
“Wahhhh kerenn!” teriak kedua teman Ina tersebut bersamaan.
Mendadak, Ina ‘melakukan teleportasi’ kembali ke dunia Fairy Tale. Kali ini - meski sebenarnya bukan merupakan dongeng klasik - ia menjadi Hermina Granger yang akan masuk ke kelas pelajaran “Beauty Magic”, salah satu kelas sihir di HOGWAWA, sekolah sihir. Dalam perjalanannya ke kelas sambil mengobrol dengan kedua teman ceweknya, Gidevi Weasley dan Lunami Lovegood, ia secara tidak sengaja menubruk Daniel Potter, murid paling terkenal - dan juga tampan - di sekolah.
Oh, I’m sorry Miss Hermina. Are you hurt?” tanya Daniel dengan lembut pada Hermina.
Oh, oh. No no, I’m fine... I Guess. Hehe,” jawab Ina spontan dan sedikit gugup sambil memandang lekat mata Daniel.
Good. Let’s go inside before Professor Jessica come and curse us just because we are a bit late,” ajak Daniel sambil tersenyum ramah pada Hermina dan kedua temannya dan segera pergi menuju ke kelas.
“Ohhhhh!! Herminaaaa!!” Lunami setengah berteriak kepada Hermina.
How can you possibly know each other with the MOST-charming-Prince in our school??” Gidevi menggoyang-goyang tubuh Hermina dengan memegang pundaknya.
Akibat diguncang keras oleh Gidevi - oleh Devi tepatnya di dunia nyata - Hermina  Granger kembali menjadi Ina Collins dan baru menyadari bahwa ia melamun terlalu lama.
“Err… Itu… Ingat peristiwa perampokan yang terjadi di sini kemarin?” tanya Ina spontan sambil mengambil nafas sejenak dan dibalas dengan anggukan spontan oleh kedua temannya, “Ya… Kemarin gw gak sengaja aja kenalan gitu pas menjelang momen-momen penangkapan si perampok. Hihihi.”
Kedua teman Ina tampak tak begitu percaya, namun Ina mencoba untuk menjelaskan dengan semeyakinkan mungkin bahwa ia diselamatkan Daniel saat nyaris terkena tembakan sang perampok dan saat itulah polisi datang menangkap perampok tersebut.
Sorry gals, I can’t tell you what really happened last day, batin Ina saat mengingat kembali perbincangannya dengan Lumiere kemarin malam di kosnya…

***

- Kamar Kos Ina Collins, kemarin malam -

“Ohhh! Akhirnya sampe juga di kos tercinta!”
Ina menaruh tas Gucci miliknya di atas meja dan langsung terduduk lemas di kursi kayu favoritnya. Kamar kos tersebut terlihat besar karena berbentuk persegi dengan ukuran sekitar empat kali empat meter. Perabotan kamar seperti meja belajar, kursi kayu, LCD Flat ukuran 40 inch, lemari antik, dan ranjang bertipe single bed tersusun rapih mengitari dinding yang dicat merah muda sehingga bagian tengah kamarnya cukup lowong untuk dijadikan tempat duduk-duduk dan berkumpul bersama banyak orang. Dua buah boneka anjing Siberian Husky - yang satu dewasa berwarna hitam dan satu lagi puppy berwarna coklat muda - tampak terduduk manis di atas ranjang, seolah meminta untuk dipeluk oleh Ina.
“Duh, pengen mandi dulu ah. Cape habis jadi miss heroine. Hihihi,” Ina berucap sendiri sambil langsung melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya dan langsung memasuki kamar mandi yang pintunya terletak di samping ranjang.
Tentu saja Ina sebenarnya tidak gila dan berbicara sendirian sejak tadi. Sebuah bola bercahaya kuning melayang keluar dari dalam tas Gucci miliknya dan terbang perlahan mengikuti Ina ke kamar mandi.

Princess… Kau sepertinya kelelahan… Kekuatanmu belum bangkit seutuhnya…

“Ya iyalah. Ini aja gw sebenarnya masih shock tauk sama kejadian tadi sore,” jawab Ina sambil memutar keran shower. Air panas mulai mengucur deras membasahi seluruh tubuh Ina yang basah lengket karena keringat.

Saya bisa mengerti kenapa Princess shock… Princess sedang melakukan latihan fisik dengan bertapa di bawah air terjun panas buatan tersebut?

“Bertapa? Air terjun?” Ina malah terlihat makin shock mendengar ucapan - tepatnya telepati - si bola kuning yang terdengar agak primitif tersebut. “Err, whatever deh. Coba mungkin gw bisa dijelasin Beauty dan sebangsanya itu apaan, err-… gw manggil lu apa mendingan?”

Lumiere itu nama saya, Princess… Saya adalah Beauty Watcher, pengawas sekaligus pembimbing para Beauty yang terlahir kembali di jaman modern ini…
Watcher? Bentar- Ahh…,” Ina merenggangkan sendi-sendi tubunya yang kelelahan sambil merasakan nikmatnya guyuran air panas, “…Coba-coba. Jelasin yang panjang lebar dan jelas biar gw bisa ngerti dengan jelas banget ini gw jadi geulis (cantik, alias Beautiful) tuh apaan sebenarnya.”

Baik, Princess… Alkisah pada jaman dahulu kala, Beauty adalah kumpulan prajurit pengawal dari raja dan ratu yang berkuasa atas kerajaan A yang damai dan makmur sentosa rakyatnya. Suatu hari, kerajaan tetangga yang iri, yaitu kerajaan B, menyerang kerajaan A secara dadakan dengan menggunakan monster-monster buas, ganas, dan kejam yang disebut sebagai The Beasts. Kedua kerajaan bertempur dengan seru selama empat hari empat malam tanpa henti.

“… Ini cerita tuh beneran apa lagi ngedongeng pake alkisah-alkisah segala? Kok nama kerajaannya pake A dan B segala? Mana cara lu nyeritain agak lebay lagi…,” komentar Ina dengan menyipitkan mata kanannya.

Karena Saya lupa nama kerajaannya, Princess… Maaf, kalau cara saya bercerita terdengar aneh… Saya… Saya berjanji akan berlatih agar dapat bercerita dengan lebih baik… Hiks…

“Lha kok jadi nangis? Gw kan jadi ga enak. Udah udah gapapa, lanjutin aja ceritanya.”

Terima kasih Princess. Setelah perang selesai, kerajaan A keluar sebagai pemenangnya. Namun, sayangnya sang raja dan seluruh Beauty gugur dalam perang tersebut. Ratu yang bersedih atas kematian sang raja, akhirnya bersumpah dengan mengutuk kerajaan B bahwa seluruh keturunan maupun reinkarnasi dari penduduk kerajaan tersebut akan memiliki wajah yang buruk rupa seperti The Beasts yang mereka kirim sebelumnya untuk menyerang kerajaan A.

“Hah? Kok kesannya si ratu kerajaan A yang jahat sih? Pake ngutuk segala. Sampe ada reinkarnasi segala,” ujar Ina sambil menyabuni dirinya dengan sabun cair wangi peach.
Lumiere melanjutkan ceritanya tanpa mempedulikan komentar Ina barusan.

Ratu dari kerajaan B yang mengetahui bahwa kerajaannya dikutuk oleh ratu dari kerajaan A akhirnya balas mengutuk lagi dan bersumpah bahwa keturunan dan reinkarnasi dari dirinya dan seluruh penduduk kerajaan akan terus mengejar keturunan dan reinkarnasi penduduk kerajaan A dan membunuh mereka terus menerus… Setelah itu…

“Ni kok ceritanya jadi kutuk-kutukan sih… Gw jadi agak serem.”

Setelah itu, beberapa waktu kemudian sebuah meteor besar jatuh dan menghancurkan baik kerajaan A maupun kerajaan B. Seluruh umat manusia di muka bumi punah.

Ina nyaris terjungkang mendengar kelanjutan cerita Lumiere tersebut.
Meteor?? Kok malah jadi meteor sih? Ini kayak mau disambung-sambungin aja ke film Knowing, Armageddon, 2012, or whatever movie tentang kiamat.”

Iya Princess, tapi ini sungguh terjadi… Dengan campur tangan dari beberapa makhluk hidup yang bukan berasal dari bumi…

Oh good, sekarang alien,” celetuk Ina sambil memutar keran agar air mengalir deras.

… Manusia mulai terlahir kembali dan akhirnya memenuhi bumi dengan peradaban yang berkembang pesat hingga sekarag… Para manusia yang hidup sebelum meteor jatuh mulai terlahir kembali sebagai manusia modern di jaman sekarang, termasuk para Beauty…

“Dan gw salah satunya?”

Betul, Princess… Selain anda, masih ada beberapa Beauty lain yang terlahir kembali di jaman ini. Tidak hanya para Beauty, namun raja dan ratu beserta seluruh penduduk kerajaan B juga terlahir kembali… Hanya saja, kutukan dari para ratu telah berlaku sehingga sedikit demi sedikit insting para reinkarnasi penduduk kerajaan B bangkit mengubah mereka menjadi Beasts untuk berbuat kejahatan dengan tujuan utama mengejar dan membunuh para penduduk kerajaan A dan para Beauty…

“Kedengaran kurang meyakinkan sih ceritanya. Jadi para manusia reinkarnasi Kerajaan B itu berubah jadi Beasts dengan sendirinya setelah beberapa waktu mereka hidup gitu? Bingung gw,” ucap Ina sambil memutar keran shower agar air mengalir lebih pelan.
Lumiere mendadak terbang melayang dengan cepat mengitari kepala Ina, seolah panik karena Ina tidak begitu mempercayai cerita tersebut.

Cerita saya mungkin sulit dipahami, tapi percayalah, Princess… Engkau harus menemukan teman-teman Beauty lainnya dan mencegah para Beasts tersebut untuk berbuat kejahatan… Engkau dan para reinkarnasi Beauty yang lain adalah satu-satunya pahlawan yang dapat menjaga kedamaian di muka bumi ini… Percayalah…

"Hah gw beneran jadi kayak superhero gitu? Hihihi!" teriak Ina kegirangan sambil membayangkan dirinya menjadi 'Sailor Ina' menyelamatkan 'Tuxedo Bertopeng Prince Daniel'.
Lumiere mempercepat putarannya terhadap Ina, seolah mengiyakan pertanyaan retoris Ina dan juga senang karena setidaknya Ina tampak bersedia untuk menumpas para Beasts.
“Baidewei, gimana dengan raja dan ratu kita? Apa mereka juga udah reinkarnasi? Dan gimana caranya gw bisa nemuin Beauty-Beauty yang lain?” Ina bertanya sambil mematikan shower dan mengambil handuk.

Itu… Saya lupa, Princess… Maafkan saya…

“Lah kok bisa lupa? Eh bentar, ini semua yang tadi diceritain itu beneran emang kaya gitu kan aslinya? Soalnya gw masih ngerasa kalau cerita lu itu agak aneh,” tanya Ina sambil mengerutkan dahinya.

Emm… Sebenarnya saya sudah agak lupa dengan apa yang tadi saya ceritakan… Terakhir saya ingat bercerita bahwa kerajaan A mengirimkan makhluk seperti kadal raksasa karnivora untuk menghancurkan kerajaan B…

Ina menepuk jidatnya dan entah mengapa muncul keinginan untuk meremas-remas bola kuning yang merupakan perwujudan Lumiere tersebut.
“AGHH! Maksud lu, sekarang ada dinosaurus, gitu?? Memori lu parah banget sih,” ucap Ina sambil keluar dari kamar mandi diikuti Lumiere. “Ya udahlah. Intinya, gw sebagai Beauty harus menumpas para Beasts ini kan sambil nyari teman-teman sesama Beauty? Hihihi, tunggu sampai si Ami dan Devi denger soal ini, mereka pasti bakal kagum punya temen superhero. Belum lagi si Prince yang pastinya jadi makin lengket-…”

Ah… Maaf Princess… Tapi, sebisa mungkin jangan biarkan ada orang biasa yang mengetahui bahwa Princess adalah seorang Beauty... Saya rasa, pria yang tadi sore melihat Princess menggunakan senjata Beauty juga sebaiknya jangan dilibatkan lagi dalam pertempuran-pertempuran berikutnya…

“Hah? Emang kenapa? Gw ngerti sih, kalau di film-film gitu, superhero biasanya berusaha supaya identitasnya gak ketahuan orang lain. Apa ada alasan khusus nih?” tanya Ina sambil mengenakan piyama kuning bermotif kepala Teddy Bear.
Lumiere tampak melayang tanpa bergerak di depan Ina dan tidak berbicara selama beberapa saat.

Itu… Maaf, saya lupa… Tapi yang pasti, saya ingat bahwa sesuatu yang buruk dapat terjadi kalau identitas Princess diketahui oleh banyak orang…

Ina hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban Lumiere.

***

“Oke anak-anak, hati-hati pulang di jalan ya. Udah gelap jadi jangan pergi sendirian kalau belum dijemput sama orang tua kalian ya.”
Ucapan guru les Niko tersebut menandakan bahwa les Matematika hari ini telah selesai dan ia dapat segera pulang untuk kembali melanjutkan bermain di iPad 7 yang baru dibelikan mamanya minggu lalu. Sayang karena sang mama sedang sakit, ia harus rela menunggu lebih lama untuk dijemput Pak Boni, supirnya yang sudah tua dan mengendarai mobil dengan sangat pelan seperti siput sakit perut.
Niko yang masih duduk di bangku kelas dua SD tersebut tampak menunggu dengan sabar di beranda rumah yang menjadi tempat lesnya sambil menyaksikan satu per satu teman-teman lesnya dijemput pulang. Andaikan sang mama yang bekerja di perusahaan manufaktur elektronik itu tidak sakit, pastilah sekarang ia sudah dalam perjalanan pulang seperti teman-temannya tersebut.
“Niko, Tante Ling katanya lagi sakit ya? Kamu tunggu di dalam aja, di luar rumah kakak kan dingin,” tawar guru les Niko.
“Gapapa kok. Gak begitu dingin buat aku. Aku kan pake jaket hoody ini. Aku mau nunggu Om Boni di sini biar cepet pulang kalau udah datang mobilnya,” jawab Niko dengan polos sambil mengenakan jaket biru berkerudung.
“Oke, kalau gitu biar kakak ambilin kue-kue dulu ya di dalam buat nemenin kamu. Bentar ya,” ujar sang guru les sambil masuk ke dalam rumahnya kembali.
Niko duduk dengan tampang yang terlihat bosan sambil menunggu kembalinya sang guru les membawa kue-kue.
Anakku... Anakku... Aku ingin anakku kembali...
Niko terkesiap mendengar suara tersebut. Suara seorang wanita yang agak serak terdengar tidak begitu jauh dari tempat Niko menunggu dijemput. Karena penasaran, ia segera berlari ke arah gerbang rumah guru lesnya dan melihat siapa yang tadi berbicara.
Kompleks perumahan tempat guru les Niko tersebut cukup sepi namun tidak begitu gelap berkat berbagai lampu penerangan yang diletakkan di sepanjang depan rumah para penghuni kompleks. Di dekat gerbang rumah guru les Niko, seorang wanita paruh baya tampak menutup mukanya sambil menangis terisak di hadapan seorang pria flamboyan yang mengenakan topeng dan pakaian pesta serba putih hitam.
Oui! Jangan khawatir, Madame. Permintaanmu pasti akan Je kabulkan,” ucap si pria flamboyan sambil menggoyangkan jari telunjuknya di hadapan si wanita paruh baya.
“Tapi… Anakku kan sudah…”
Non non!” ucap si pria flamboyan sambil mengayunkan tongkatnya perlahan ke arah si wanita paruh baya. “Je sudah bilang bahwa permintaanmu pasti akan Je kabulkan, Madame.”
Sang pria flamboyan kemudian menusuk ‘dada’ sang wanita hingga ia sempat berteriak sebentar. Tidak ada luka maupun darah yang timbul.
“Nah, Je rasa di sekitar sini ada anak yang bisa kau jadikan anakmu sendiri. Silakan Madame ambil sendiri anak tersebut,” ucap sang pria flamboyan sambil melirik sepintas ke arah Niko yang berdiri di depan gerbang melihat adegan aneh tersebut sejak tadi.
Au Revoir, Madame! Berterimakasihlah pada Je karena kau akan dapat hidup bersama dengan anakmu,” sang pria flamboyan langsung menghilang ke dalam kegelapan pada saat sang wanita paruh baya tersebut bertransformasi menjadi sesosok makhluk wanita berbaju putih dan berambut sangat panjang.
Makhluk tersebut berjalan perlahan ke arah Niko yang menjerit ketakutan. Jeritan tersebut terdengar hingga ke dalam rumah guru les Niko. Sang guru yang baru saja hendak berjalan ke luar pintu terkaget dan segera berlari. Sayang, yang ia dapati hanyalah pemandangan gerbang rumahnya yang rusak dan banyaknya helaian rambut hitam panjang jatuh tersebar di sekitar gerbang.
 
***

Eh eh, udah denger belum kalau anaknya Mrs. Ling diculik kemarin malam?
Ina bergosip dengan Ami saat mereka bertemu secara kebetulan di dalam toilet. Hari ini Mrs. Ling kembali tidak masuk ke kantor, namun bukan karena masih sakit.
“Hah!? Yang bener Na?” tanya Ami sambil meneteskan cairan ke mata kirinya untuk menjaga agar soft lens yang ia kenakan tidak menjadi kering.
“Iya Mi! Beneran! Gw denger langsung kok pas Mr. Deni ditelepon sama Mrs. Ling. Err, tepatnya gw curi-curi dengar sih. Hehe,” ujar Ina samba mencuci tangan. “Tapi gw gak tau sih gimana kronologisnya. Mungkin nanti bakal ada beritanya di koran atau news website. Ya moga-moga aja sih anaknya gapapa.”
Hello girls! Ni lagi pada gosip apaan nii!?” tanya Jessica yang baru saja masuk ke dalam toilet. Ami tampak menghela nafas sambil meneteskan cairan ke mata kanannya berusaha agar tidak memedulikan kedatangan Jessica. Ina bahkan memasang muka seperti sedang menahan muntah karena hanya menganggapnya sebagai suara kentut lewat.
“Haduh, you all are really pitiful, you know,” ucap Jessica sambil mengibaskan rambut coklat panjangnya bak model iklan shampo. “Ngegosipin gua yang sesama karyawan di jam kerja, ya? Ah kalau gw kasih tau ke Mr. Deni, kira-kira SP (Surat Peringatan) tingkat berapa yah yang bakal dikasih ke kalian?”
“Heh!? Ge er amat sih! Lu ngapain sih ikut campur urusan orang? Mulut ya mulut gw sama si Ina mau ngegosipin siapa. Mau gosipin lu, mau gosipin OB di kantor, mau gosipin pengamen di pinggr jalan, urusan kita kalii!?”
“Ohh Ami, your words are so cute! Hahaha!” tawa Jessica sambil setengah berteriak. Ia benar-benar tampak seperti tokoh antagonis di sinetron-sinetron Indonesia.
Ina yang tampak kesal menyiram Jessica dengan cipratan air keran - dengan mengibaskan tangannya yang sedang dicuci - dan membuat bajunya menjadi agak basah.
“AGHH!! What the f*ck are you doing!?” teriak Jessica sambil memegang bajunya yang kebasahan. Ina yang melihat baju Jessica kebasahan kemudian menghampirinya dan mendadak menarik baju Jessica hingga bagian ketiak kanan bajunya tersobek sedikit.
Ouch! Sorry, Miss Jessica. Padahal gw cuman bermaksud membantu narik baju lu ke deket hand dryer untuk dikeringin. Jelek banget bahan baju lu ya. Hihihi,” tawa Ina dengan muka yang sangat puas sambil melihat ke arah bagian yang sobek. “Oh well miss creepy hag, your bulu ketek is so cuteee that I find it really dis-gus-ting. Hahaha!!” tunjuk Ina pada ketiak Jessica - yang memang menampilkan beberapa helai bulu ketiak - dan kembali tertawa sambil keluar dari toilet.
Ami yang melihat hal tersebut ikut tertawa sambil cepat-cepat keluar dari toilet segera setelah membereskan peralatan pembersih soft lens-nya. Jessica hanya mencak-mencak sendiri di dalam toilet seperti tokoh antagonis yang kesal karena rencana busuknya digagalkan tokoh protagonis di dalam sinetron-sinetron.
Terlepas dari suasana heboh di dalam toilet wanita, sesosok makhluk berjubah hitam berdiri diam di luar area toilet mengamati saat Ina mapun Ami keluar dari dalam toilet dengan tertawa puas.
 
***

Duh Dev, udah ampir dua jam nih kita keliling-keliling terus di Centra. Masih gak cukup apa belanja lu? tanya Ina yang terduduk kelelahan di sofa. Sofa dan tempat duduk bagaikan oasis untuk mereka yang lelah berkeliling di Centra, tempat yang menjual berbagai produk fashion berdiskon tinggi seperti sepatu, baju, dan tas.

Suasana di Centra Dept. Store



  Saat ini, Ina cs sedang berjalan-jalan menemani Devi untuk belanja mingguan di Plaza Semangka, sebuah mal yang terletak di seberang kantor PT HUWAWA tempat Ina bekerja dengan jarak perjalanan sepuluh menit jalan kaki. Centra merupakan salah satu toko terbesar yang ada di dalam mal tersebut.
“Udah na, lu duduk santai dulu aja di sini. Yuk, Mi. Gw masih belum ngeliat-liat sepatu diskon tujuh puluh persenan di sebelah sana. Yay!” ujar Devi sambil menarik lengan Ami yang memasang tampang seperti seorang putri yang diculik penyihir kejam.
“Ahh… Akhirnya gw bisa duduk juga,” gumam Ina sambil menutup matanya sebentar. Ia tampak sedikit kelelahan dan perlahan-lahan ‘berteleportasi’ ke dunia Fairy Tale kembali dan berubah wujud menjadi Hermina Granger.
Hermina sedang berjalan-jalan di Plaza Hogsmeade menemani Gidevi dan Lunami berbelanja pakaian agar mereka dapat mengikuti kontes Miss Magic HOGWAWA. Karena sudah kelelahan, Hermina memisahkan diri dan berisitrahat sejenak di kursi berbentuk kodok dengan mulut menganga di luar salah satu toko.
Saat beristirahat sendirian, Professor Jessica yang mukanya penuh dengan keriput dan mengenakan topi dan jubah penyihir super norak berjalan menghampirinya.
Good evening, missy. May I sit beside you?” tanya Professor pada Hermina dengan nada bicara seperti nenek renta meskipun usianya belum terlalu tua.
Sure,” jawab Hermina singkat. Ia sebenarnya tidak mau kalau sampai harus berbicara dengan guru nyentriknya berlama-lama. Apalagi saat ini ia masih kelelahan akibat lama berjalan-jalan mengelilingi Hogsmeade.
Lately, your grade aren’t doing so well, missy - at my class, to be exact.”
Hermina merasa dirinya sudah melakukan seluruh tes yang diberikan Professor Jessica dengan cukup baik. Ini pastilah salah satu trik Professor Jessica Severus untuk dapat menyiksa Hermina dengan dalih melakukan detensi, pikir Hermina dalam hatinya.
I’m afraid that I must give you detention really soon…,” ujar Professor Jessica sambil meraih lengan Hermina perlahan dengan tangan kirinya. Ada suatu pancaran sinar aneh di tangan kiri Professor Jessica.
“Hermina!”
Daniel Potter tiba-tiba berteriak tidak jauh dari tempat Hermina duduk sehingga Professor Jessica membatalkan niatnya meraih lengan Hermina - untuk memberikan semacam mantra kutukan, tampaknya - dan ia segera berjalan pergi meninggalkan Hermina.
“Daniel? Why are you here?” tanya Hermina dengan muka yang kemerahan karena blushing.
Because I just want to meet you,” jawabnya sambil berjalan mendekati Hermina. Jantung Hermina mendadak berdetak sangat kencang.
Ah.. Daniel… Oh no no, thank you. I… I just…
“Ina!? Wake up, Ina,” ujar Daniel sambil menggoyang-goyang bahu Hermina.
“Huh!?”
Hermina Granger mendadak kembali menjadi Ina Collins dan terbangun dari tidur sejenaknya. Daniel Vico Saverio ternyata duduk di samping Ina dan membangunkannya. Ina langsung terkaget dan malu-mau.
“A… Anu… A… Kok… Kok…,” Ina tergagap karena Prince Charming-nya tiba-tiba telah duduk di sampingnya. “Daniel, kamu kok… Kok… Bisa di sini?”
“Ahaha. Tadi aku sedang berjalan-jalan dengan teman-teman sekantor. How are you, Miss Hero? Any enemy in sight?” tanya Daniel sejenak sambil melihat-lihat ke sekitarnya, seolah berjaga apabila ada musuh yang menyerang.
Oh no no.. Ehehe… I’m… just… taking a break,” jawab Ina sambil mencoba mencari-cari di mana Ami dan Devi. Tampaknya kedua temannya tersebut - Devi tepatnya - masih keasyikan mencoba-coba bebagai sepatu diskon.
Oh, right. Want to buy some breads? I’m still a bit hungry after dinner, actually,” ajak Daniel.
Toko roti tidak begitu jauh dari Centra, sehingga Ina berpikir tidak ada salahnya kalau ia pergi sebentar bersama Daniel. Lumayan bisa nge-date bentar sama si Prince, pikir Ina sesaat dan kemudian segera mengiyakan tawaran Daniel.
Ina dan Daniel berjalan keluar dari Centra menuju toko roti BreadThink yang memang sudah terkenal dan membuka banyak cabang di kota Jakarta. Saking gugupnya Ina, ia hampir tidak berbicara sepatah katapun pada Daniel yang tampak tenang-tenang saja bersama Ina.
Aghhh speak up, Ina. Be brave, don’t be a retard. This is a good chance to know him more. Come on Ina, batin Ina dalam hatinya.
“Umm… Daniel… Gimana kerjaanmu?”
Oh, very fine though so really busy today. Haha. Gimana dengan kerjaanmu, Ina? Ada kesulitan di kantor?” tanya balik Daniel sambil memilih-milih roti yang akan ia beli di BreadThink.
Ina sedikit menahan tawa ketika mendengarkan Daniel berbicara bahasa Indonesia informal dengan lancar. Bagaimanapun juga, Daniel benar-benar seperti bule asli yang fasih berbicara bahasa Indonesia dan Inggis. Italia juga termasuk seharusnya, mengingat ia blasteran Italia.
“A… ah? Really? Well, my works also’ve gotten quite busy these few days. Hehehe… Y… Ya, untungnya lumayan lancar sih sekalipun ada… ‘serangga’ yang suka mengganggu kerja…,” jawab Ina sedikit gugup sambil memikirkan ‘serangga’ jenis baru dengan nama ilmiah Jezzica Wheytiva.
Ahaha. So, you said there are many nyamuks at your office?”
Kata ‘nyamuks’ yang diucapkan dalam bahasa Indonesia oleh Daniel - dan bukannya mosquitoes - benar-benar terdengar lucu di telinga Ina hingga ia nyaris tertawa.
Ahaha no no. Not something like nyamuks, or, lalats,” jawab Ina dengan sengaja membiarkan beberapa kata dalam bahasa Indonesia, “It’s more like… kind of someone that swear to the Demon King that she will kick my b*tt to the Hell’s fire. Ehehe.”
“HAHAHA!” tawa Daniel dengan keras hingga sempat mengagetkan seluruh pengunjung BreadThink. “Demon King! Oh, you’re so really funny, Miss Hero. Here, take this roti. Gratis,” sanjung Daniel sambil memberikan salah satu roti yang dibelinya pada Ina.
Mata Ina serasa berkaca-kaca mendengar pujian Daniel. Ia juga dengan semangat menerima roti yang diberikan Daniel tanpa ragu.
Ehehe. Thank you,” balas Ina.
“!!!”
Mendadak listrik berhenti mengalir sehingga seluruh mal menjadi nyaris gelap gulita. Beberapa orang berteriak dengan kencang, namun tidak ada yang bertindak apapun karena kemungkinan besar teriakan tersebut berasal dari orang-orang yang terkaget karena lampu di mal padam dengan tiba-tiba.
“Setannnn!!” teriak seseorang yang berdiri di dekat Ina dan Daniel.
Ina dan Daniel menoleh dan melihat ada sekelebat bayangan wanita berbaju putih melewati mereka dengan melayang agak pelan namun berangsur-angsur menjadi cepat. Sontak Ina hampir berteriak namun mendadak sebuah suara yang tidak asing lagi berbicara langsung di dalam kepalanya.

Princess, saya dapat merasakan aura dari Beast... Saya yakin sosok yang disebut sebagai setan tadi adalah seorang Beast…

“Eh beneran!?” Ina hampir berteriak mendengar hal tersebut dari Lumiere. Untunggg banget gw ga keburu teriak. Bisa malu gw di depan Prince. Be brave, Ina, batin Ina.
Ina, let’s chase that setan thing. It is an enemy, isn’t it!?” ucap Daniel sambil berlari mengejar ‘setan’ tadi.
Ina terdiam sesaat kebingungan karena Daniel seolah mengetahui soal wanita berbaju putih tadi.
“Huh!?”
Namun belum sempat Ina berpikir lebih jauh, Daniel segera kembali dan menyeret tangan Ina untuk mengajaknya ikut berlari juga. Mereka berdua mengejar si setan wanita berbaju putih yang ‘melayang’ semakin cepat menjauhi mereka hingga keluar dari area Plaza Semangka yang masih agak gelap karena listrik masih belum mengalir.
“Hah… Hah… I’m… A bit tired…,” desah Ina yang berlari dengan semakin pelan.
Hold it!” teriak Daniel yang tiba-tiba mengangkat dan menggendong Ina - yang langsung kaget setengah mati tanpa sempat berkata apa-apa - dan langsung lanjut mengejar si setan wanita.
Wanita tersebut keluar ke arah jalan sempit di samping Plaza Semangka yang sangat sepi dan minim penerangan. Daniel - dengan Ina yang digendongnya dengan muka tersipu malu - sedikit memelankan pengejarannya agar tidak sampai terjatuh akibat tersandung bebatuan atau gundukan tanah dari pekerjaan galian yang belum selesai.
Tidak lama kemudian, wanita setan tersebut berbelok memasuki satu buah rumah kecil yang terbilang cukup jelek. Dengan menembus pintu, tentunya.
“Uhm, a… Apa mending kita coba cari jendela terbuka buat masuk kayak di film-film detektif ngejar penjahat ya?” tanya Ina spontan saat ia diturunkan dari gendongan Daniel.
Oh my God!! Gw digendong Prince Charming tadi!! Ini bukan mimpi kan, God!? If this is indeed a dream, then please don’t wake me up, teriak Ina di dalam hatinya. Ia merasa seperti seorang putri yang baru dibebaskan dari sarang penjahat oleh pangeran tampan.
I think-…” Daniel mendobrak pintu depan hingga egsel pintu terlepas, “This way is faster. Come on, Ina. The enemy is so really close!
Ina masih terdiam sesaat di depan pintu - bekas pintu terpasang, tepatnya - sambil menatap Daniel yang segera masuk berlari ke dalam rumah tersebut dengan bersemangat.
Oh good. Gw ngerasa lebih pas dibilang kayak penjahatnya yang ngejar detektif,” gumam Ina sambil cepat-cepat menyusul Daniel masuk ke dalam rumah tersebut.

***

Meskipun dari luar tampak kecil dan butut, rumah tersebut ternyata cukup luas dan bersih. Ina dan Daniel menjelajahi rumah tersebut dengan melewati beberapa ruangan seperti ruang tamu dan ruang makan dalam keadaan lampu tidak dinyalakan, sehingga penjelajahan mereka hanya dibantu oleh cahaya bulan dan lampu penerangan dari arah luar rumah. Seluruh ruangan ditata dengan rapih dan diisi dengan berbagai perabotan sederhana. Beberapa lukisan pemandangan taman banyak tergantung di hampir semua ruangan yang mereka lewati.
Let’s go there,” ajak Daniel saat menemukan tangga menuju lantai bawah tanah.
“Err.. Oke,” jawab Ina dengan sedikit gugup setelah tidak sengaja melihat pigura berisi foto seorang anak laki-laki yang usianya mungkin kurang dari tujuh tahun yang berdiri di atas televisi hitam kecil.

Princess, saya merasakan keberadaannya sudah tidak begitu jauh dengan kita… Hati-hati…

Ina hanya mengangguk pelan sambil memegang erat tas Gucci miliknya - di mana Lumiere bersembunyi - sambil menuruni tangga ke bawah dengan hati-hati. Tampaknya bagian bawah rumah ini mirip dengan gudang besar yang menyimpan berbagai macam barang bekas, namun semuanya tersusun dengan rapi dan cukup banyak tempat kosong untuk dipakai sebagai tempat berjalan. Sayang ruangan tersebut cukup minim akan penerangan sehingga menyulitkan pergerakan Ina dan Daniel.
“Sepertinya pemilik rumah ini sangat suka dengan kerapihan -… LOOK OUT!!”
Ina berteriak spontan saat serangan rambut hitam mendadak menghujani area tempatnya berada. Daniel langsung berlari menarik tangan Ina sehingga serangan tersebut tidak berhasil mengenai mereka berdua. Tas Gucci Ina yang dipegangnya erat terlempar karena kaget.

“Pergi…! Jangan ganggu anakku…!”

Suara mengerikan tersebut menggema di ruangan bawah tanah tersebut. Setan wanita berbaju putih yang diduga sebagai Beast tersebut tidak terlihat sedikitpun.
“Ahh tasnya!!”
“Ina, be careful! The enemy is invinsi-… OUCHH!”
Serangan rambut kembali menghantam dan mengenai sisi kanan perut Daniel. Darah keluar sedikit demi sedikit dari luka tersebut.
“Da… Daniel!”
No, I’m… so really okay! If only this room get a bit lighter… We should be able to see the enemy…”
“… Light? Oh yes! Lumiii!! Cepetan terbang keluar!!”
Tidak sampai dua detik, sebuah bola kuning melayang keluar dari tas Gucci Ina yang tergeletak sedikit jauh dari tempatnya berada. Lumiere, sang bola kuning, langsung memancarkan sinar kuning terang yang cukup membuat silau mata.

Mengapa menyuruh saya keluar Princess? Saya rasa akan lebih baik kalau saya tetap bersembunyi…

Akibat sinar yang dipancarkan oleh Lumiere, kini gudang tersebut langsung menjadi terang benderang dan seluruh benda dapat terlihat dengan mudah. Seorag wanita berbaju putih dan berambut hitam panjang tampak melayang di salah satu sudut gudang. Apabila dilihat dengan baik-baik, ada dua tonjolan panjang di balik baju putih tersebut dan menggantung di bagian dada sang wanita yang sepertinya… payudara.
Egh!? Penampilannya kaya Wewe Gombel. Apa semua Beast emang berbentuk hantu-hantu lokal ya, batin Ina.

“Pergi…! Semua pergiii…!!”

Serangan rambut kembali dilontarkan oleh sang wanita sehingga membuat Ina dan Daniel terpisah. Ina selamat karena didorong oleh Daniel ke arah tas Gucci Ina tergeletak sedangkan Daniel terpelanting agak jauh dan menabrak tumpukan koran dan buku bekas yang berjatuhan menimpanya.
“Ahhhh Danielll!”

Princess, cepat ambil Miracle Lipstick dari dalam tasmu…!

Meskipun sulit berkonsentrasi karena melihat Daniel yang tertimpa tumpukan koran dan buku bekas, Ina berhasil mengambil tasnya dan mengeluarkan Miracle Lipstick. Ia langsung mengarahkan senjata lipstik tersebut kepada si setan wanita.
“Rasakannn!!” teriak Ina sambil menembak dengan Miracle Lipstick.

“AAAHHHHHH…!!!”

Tembakan sinar laser merah muda dari Miracle Lipstick yang bertubi-tubi - dan banyak yang meleset - berhasil mengenai setan wanita tersebut dua kali, yaitu pada salah satu serangan rambut dan satu lagi pada bagian perutnya.
“Yes Yes kena! Okei setan, eh, Beast gila, rasakan kekuatan serangan Princess Ina si geulis, Princess Shot!” seru Ina - yang baru saja memberikan nama yang terdengar keren untuk serangannya - sambil mulai menembak kembali beberapa kali.

“Jangan….! Ganggu…! Anakkuuuuuu…!”

Setan wanita tersebut sepertinya mengamuk dan menyebarkan serangan rambutnya ke seluruh penjuru gudang hingga menjatuhkan tumpukan barang-barang besar. Ina berhasil menghindari serangan rambut karena akurasi serangan setan wanita tersebut menurun drastis.
“Ahhh! Tolong jangan ganggu mama!”
Seorang anak kecil yang mengenakan jaket hoody berwarna biru tiba-tiba muncul berlari sambil berteriak dari salah satu ujung gudang. Akibat serangan si setan wanita, tumpukan dus - yang sepertinya sangat berat - mulai berjatuhan ke arah si anak kecil.
WATCH OUT!!” teriak Daniel yang terluka sambil berlari dan mendadak meyeret si anak kecil sehingga terhindar dari jatuhnya tumpukan dus tersebut.

“Anakkuuuu…! Lepaskan…!!”

Setan wanita tersebut entah kenapa malah semakin mengamuk dan melesat terbang ke arah Daniel yang masih memegangi si anak kecil tersebut. Hanya dalam hitungan detik, sang setan wanita telah berada di samping Daniel dan ‘meninjunya’ dengan kedua tonjolan panjang - alias payudara - di balik baju putihnya.
Gombel Nanny, tolong berhenti!” teriak si anak kecil yang masih dipegang lengannya oleh Daniel.
“Dududuh… gimana ni!? Kalau tembakan gw meleset, bisa-bisa kena si Prince,” gumam Ina yang ragu apakah akan menembak sang setan wanita tersebut atau tidak. Posisi Ina dengan Gombel Nanny, sang setan wanita, memang cukup jauh sehingga wajar bila Ina khawatir serangannya meleset.

Princess… Saya baru teringat… Mengenai seranganmu, Princess Shot… Cobalah berkonsentrasi dan bayangkan bahwa Princess Shot akan mengenai sang Beast…

“Duhhh! Susah konsen ngeliat Prince ditinju berkali-kali gitu dengan… payudara si Beast gila itu! Oke-oke gw coba bayangin deh!”
Ina mencoba untuk mengumpulkan konsentrasinya sesaat dan menembakkan Princess Shot sekali ke arah Gombel Nanny, namun tembakan tersebut mengarah lurus menuju Daniel.
“AHHH!! Belok plis belokkk-… Eh!?”
Ina tertegun ketika melihat Princess Shot berbelok tepat sebelum mengenai Daniel dan langsung mengenai salah satu payudara panjang Gombel Nanny. Setan tersebut berteriak kesakitan.
“Om! Tante! Tolong jangan sakitin Nanny!” teriak si anak kecil.
“Ugh-… Calm down, kid. Miss Hero akan berbuat sesuatu untuk mengembalikan Nanny ke wujudnya semula, meski memang sedikit sakit…,” ujar Daniel yang masih menahan sakit akibat ditinju payudara Nanny.

“Kalian semua…! Jangan ganggu…! Anakku…!

Nanny tampaknya siap mengamuk, namun Ina - yang sepertinya juga ingin mengamuk karena dipanggil tante oleh sang anak kecil - langsung melancarkan beberapa tembakan sinar laser merah muda yang dapat berbelok tersebut.
Homing Princess Shot!! Yehhh!!” seru Ina atas nama serangan barunya tersebut.
Akibat terkena serangan berkali-kali, Nanny akhirnya terjatuh pingsan. Sebuah lingkaran cahaya merah muda muncul di atasnya, sama seperti saat Ngepet Piggy tempo hari pingsan oleh serangan Princess Ina.

Princess… Saatnya melakukan Beauty Lock pada Beast tersebut…

“Tanpa lu minta gw juga bakal lakuin sekarang, Lumi,” ucap Ina sambil menembakkan Princess Shot beberapa kali pada lingkaran tersebut. ”Beauty Lock!!” teriak Ina saat menyelesaikan prosedur Beauty Lock dengan menembak lingkaran pekat hitam kecil di tengah-tengah lingkaran merah mudah besar tersebut.

Berhasil, Princess… Horeee…

 Segera setelah Beauty Lock dilakukan, Gombel Nanny berubah kembali menjadi wujud manusia yang dikenal baik oleh Ina, Bi Nuri. Ia masih tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
“Bi Nuri!?” Ina setengah berteriak sambil berlari menghampiri Bi Nuri yang pingsan di lantai. Daniel berjalan pelan mendekati Bi Nuri sambil ditemani anak kecil berjaket hoody biru tersebut.
“Da… Daniel!? Your… Your body is injured rather badly!?”
Nah don’t worry about me, Miss Hero. You saved my life again. This wound is really so really nothing. Hahaha!” jawab Daniel sambil menegakkan badannya dan tertawa, seolah badannya memang tidak terluka terlalu arah.
Ina tampak sedikit lega melihat Prince Charming-nya tampak masih bersemangat. Ia kemudian menoleh ke arah si anak kecil yang kini sedang berjongkok di samping Bi Nuri. “Kamu… Niko, anaknya Mrs. Ling kan? Jadi kamu diculik oleh Bi-… Em, Gombel Nanny? Itu nama yang kamu sebut tadi kan?”
“Iya aku emang dibawa sama Nanny ke sini kemarin abis pulang les,” jawab Niko atas pertanyaan Ina. “Awalnya takut sih, soalnya aku liat Nanny berubah jadi setan kaya tadi habis ditusuk pake tongkat sama om-om yang pake baju pesta norak aneh gitu. Tapi Nanny ngurus aku di sini baik-baik kok. Beneran.”
Ina dan Daniel tampak kebingungan mendengar cerita Niko, apalagi saat mengetahui bahwa Bi Nuri berubah menjadi Beast karena ditusuk oleh seorang pria misterius berbaju norak. Ia kemudian melanjutkan ceritanya mengenai Nanny, alias Bi Nuri, yang hanya tinggal berdua saja dengan anaknya yang bernama Hanung karena suaminya telah lama meninggal.
Nanny sangat sedih karena anaknya yang masih kecil tersebut akhrnya meninggal juga dalam suatu kecelakaan lalu lintas beberapa minggu yang lalu. Nanny menculik Niko untuk dijadikan anaknya yang baru, dan ia juga berkeinginan untuk membawa pulang lagi beberapa anak untuk menjadi teman bermain Niko di rumah Nanny, yaitu di tempat mereka berada sekarang. Selama diculik, Niko tetap diperlakukan dengan baik meskipun penampilan Gombel Nanny awalnya membuat Niko takut terhadapnya.
“Pokoknya Nanny sebenernya baik kok. Jangan diaduin ke polisi ya, om bule sama tante! Aku senang kok main sama Nanny seharian ini!” teriak Niko yang berdiri merentangkan tangan di samping Bi Nuri, seolah berpose melindunginya.
“Oke-oke, ntar aku ga aduin ke polisi, tapi kamu harus pulang ya ke rumah Mrs. Ling.”
Ah, maybe we can just talk to… this Mrs. Ling that we found him kidnapped by a random stranger and just managed to got away and the two of us found him near Plaza Semangka?” usul Daniel pada Ina.
Good Idea. Hihihi. Tapi kita juga ke rumah sakit terdekat dulu ya buat ngerawat lukamu.”
Yes. Thanks, Miss So Really Cool Hero! Hahaha!”
Kedua orang tersebut kemudian tertawa, sedangkan Niko hanya terdiam saja sambil memandang Ina dan Daniel. Ia kemudian berjongkok dan mengusap pelan wajah Bi Nuri yang masi pingsan, seolah ingin menenangkan Bi Nuri yang tentulah stres akibat ditinggal keluarganya.
“Nanny, makasih ya udah jagain aku seharian ini. Kapan-kapan kita main lagi…,” ucap Niko dengan pelan.
Dengan selesainya kasus tersebut, Ina dan Daniel segera pergi keluar dari rumah tersebut dengan sebelumnya menggotong Bi Nuri ke kamar tidurnya. Semakin lama mereka diam di rumah Bi Nuri, semakin besar besar pula kemungkinan warga sekitar datang dan menyangka mereka adalah perampok. Daniel telah meninggalkan uang untuk ongkos perbaikan pintu depan rumah dan kerusakan yang terjadi akibat pertarungan mereka di gudang bawah tanah.
Dalam perjalanan pulang setelah mengantar Niko - dan berpesan kepadanya agar tidak menceritakan kejadian yang sesungguhnya terjadi -, Ina sempat ‘kembali’ ke dunia Fairy Tale di mana ia menjadi Hermina Granger yang berhasil menyelamatkan Daniel Potter saat nyaris terbunuh oleh Vo Lemot, sosok sesungguhnya dari Profesor Jessica Severus yang menyamar untuk membuat kekacauan di Sekolah Sihir HOGWAWA. Hermina dan Daniel kemudian berpegangan tangan dan meluncurkan mantra Ridiculous yang berhasil mengalahkan Vo Lemot. Mereka berdua kemudan saling merapatkan dahi di bawah sinar rembulan, dan adegan romantispun akhirnya terjadi.
Sementara itu, di dunia nyata, sesosok bayangan hitam diam mengamati dari jauh saat Ina berada di perjalanan pulang ke kos tercintanya.

***

Sepucuk kelopak bunga mawar merah raksasa, yang tergantung di dinding sebuah istana megah namun memiliki penerangan yang kurang cukup, kembali gugur jatuh ke lantai dan menghilang. Beberapa orang tampak mengelilingi bunga mawar merah raksasa tersebut, dengan seorang wanita berbalut jubah kain merah muda berdiri di tengahnya.

Ah… karena Pierre, sekarang sudah bertambah satu lagi …”

Seluruh orang yang berdiri di sekeliling sang wanita mendadak berlutut menghadap ke arah wanita tersebut.

Beauty Princess…”

Wanita tersebut tersenyum lebar, memperlihatkan bibirnya yang semerah darah.

--- oOo ---

Chapter 02:
Mother Beauty
End

--- oOo ---

Her friend is visiting…

“Kyaaaa! Gila gimana kabar lu sekarang? Udah lama pisan kita ga ketemu!” seru Ina sambil cipika-cipiki dengannya.

But so is the trouble…

“Aihh! Sorry Miss Retard~ I didn’t intend to do that… at first. Hohoho!” tawa Jessica saat melihat baju yang baru pertama kali dikenakan Ina tersebut basah oleh kopi yang tumpah.

And more of them are coming…

“Apa yang kau mau laku-… AGHHH!” teriaknya saat Pierre menusuk dadanya dengan tongkat hitam panjangnya.

And finally… The new helper…

“Eh!? Ja… Jadi, lu Beauty yang kedua!?” teriak Ina seolah hampir tak percaya dengan Beauty kedua yang kini berdiri di hadapannya.

- Coming Soon -


Chapter 3
BEAUTY DUCHESS

- Only at The World of Alexander Blue -

Disclaimer: All Images are for illustrative purpose only. They are not mine.

2 komentar:

  1. wah bagus banget ni, untuk kedepan nya aku yakin kamu bisa bikin buku! heheh
    *aorlin(.)com

    BalasHapus